Friday, October 30, 2020

Haircare Routine

Selama ini saya nggak pernah betul-betul peduli dengan yang namanya kesehatan rambut. Cuek banget, deh. Keramas seminggu sekali aja udah bagus banget. Sisiran? Aduh, jarang banget. Setelah keramas, rambut dibiarin kering alami, sesekali aja pake hairdryer, setelahnya hanya disisir pakai jari. Begitu udah kering, rambut diikat lagi dengan model gelung acak-acakan. Sad banget, lah kalau diingat-ingat. Keramas itu hanya semacam formalitas biar nggak dibilang jorok-jorok amat, hehe.. Hampir tiap hari saya ikat rambut lumayan ketat, sangat jarang dibiarkan tergerai bernafas lega.

Walaupun diterpa dengan permasalahan rambut rontok, saya nggak pernah bener-bener care nyari tau gimana cara untuk menanggulanginya. Sesekali baca review produk trus ikutan beli tapi berakhir ngerasa nggak cocok (padahal karena nggak telaten). Jadi, kesalahan bukan pada produknya, melainkan pada saya yang kurang mengeksplor produk-produk tersebut.

Tibalah pada suatu masa, di mana saya sudah mulai putus asa dan ingin memangkas rambut sependek mungkin tapi tiba-tiba aja dapat ilham untuk mencari info lebih gigih soal perawatan rambut karena kok rasanya sayang, ya kalau sampai harus bondol. Suami suka kalau rambut saya panjang soalnya. Kalo bondol, ntar lama lagi manjanginnya.

Saat itu saya udah berkomitmen untuk mengurangi jajan pakaian, aksesoris, printilan rumah, dan kosmetik, jadi Alhamdulillah ada dana lebih untuk jajan produk perawatan tubuh selain wajah. Seperti biasa, saya mencari review di Sociolla, Female Daily, Youtube dan social media lainnya dan akhirnya menemukan satu produk yang seems legit, banyak review positif dengan sedikit saja minus review. Bagi saya, minusnya hanya di harganya yang di atas rata-rata, karena sebelumnya nggak pernah terpikir bahwa saya akan kepincut dengan brand ini.

Produknya dari brand Kerastase, yaitu Stimuliste Spray Anti Hairloss Serum. Produk ini merupakan hair serum berbentuk spray dengan cara pemakaian disemprotkan di kulit kepala. Biasanya saya pakai setelah keramas saat rambut sudah hampir kering, disemprotkan di dekat dahi dan beberapa bagian (3-5 tempat) kulit kepala lainnya. Ada sensasi dingin saat produknya kena kulit kepala. Saya sudah pakai produk ini selama beberapa minggu. Kerontokan rambut masih ada tapi sudah lumayan berkurang dan yang bikin happy adalah saya notice banyak rambut baru yang tumbuh di tempat-tempat yang biasa saya semprotkan serum ini.

Kebiasaan saya, kalau udah ngerasa cocok dengan 1 merk, saya pasti akan ketagihan untuk eksplor produk lainnya. Memang, sih, harganya pricey tapi mengingat hasil yang didapatkan memuaskan, soal harga bisa ditolerir asalkan nggak mahal kebangetan dan selama saya punya rejeki yang halal untuk mendapatkannya. Ditambah lagi saya ngerasa berhasil mengerem nafsu belanja untuk kategori lainnya, jadi nggak merasa terlalu bersalah waktu splurge untuk kategori haircare ini.

Yes, akhirnya saya coba beli beberapa produk lainnya, yang pada akhirnya tidak saya sesali karena Alhamdulillah bekerja dengan sangat baik di rambut saya. Tadinya, tiap saya sisiran, pasti ada lumayan banyak rambut yang ikut berjatuhan. Jangankan saat disisir, saat sedang duduk santai aja, tau-tau ada helaian rambut yang jatuh. Aduh, udah nggak kehitung, deh berapa rambut yang lepas saat saya keramas, itulah kenapa saya sangat jarang keramas, takut mendapati rambut rontok yang banyak di lantai 😢.

Penting untuk dipahami sebelumnya, yang namanya haircare, skincare, bodycare itu pastinya cocok-cocokan, cocok di saya belum tentu cocok di kalian karena kondisi kulit kepala, batang rambut, ujung rambut, itu berbeda-beda. Tapi, selama saya tidak merasakan efek buruk, maka tidak ada salahnya saya share. Produk-produk yang saya pakai sebagai berikut, barangkali bisa teman-teman coba juga


Minyak Kemiri


Rasanya produk ini bagus hanya saja saya kurang telaten makenya, karena harus dipakai sebelum keramas sekitar 30-60 menit. Karena aromanya kurang bersahabat, saya nggak betah makenya tapi demi rambut sehat, harus dijabanin, deh, apalagi produk ini alami jadi nggak ada salahnya dicoba. Sebelum berlabuh pada Kerastase, saya rutin menggunakan produk ini setiap akan keramas dan yang terasa adalah rambut terlihat semakin hitam dan shiny, hanya saja rontok tidak berkurang. Setelah ini, rasanya saya masih akan menggunakannya, minimal sampai habis dan mungkin akan repurchase karena saya masih percaya bahwa produk alami seperti ini lebih berkhasiat hanya saja memang nggak bisa instan, harus super duper telaten. Produknya bisa dibeli di Shopee ID: haircarebylucyola dengan keyword Minyak kemiri 100% murni.

Shampoo
Kerastase Bain Prevention Anti Hairloss Shampoo

Tadinya saya maju mundur untuk membeli produk ini. Tapi karena tergiur dengan klaimnya, saya nekat untuk mencoba. Sebenarnya ada variasi ukuran yang lebih kecil untuk coba-coba dulu, tetapi saya takut kalau dapetnya yang palsu karena dari review yang saya baca, Kerastase ini banyak sekali palsunya. Kan serem, ya niatnya mau untung malah jadi buntung, jadi saya sarankan beli di official distributor/store, salah satunya yaitu Sociolla. Memang lagi nggak ada sale tapi ada promo potongan 35.000 dengan kode HAIROCT.

Hair conditioner
Azarine Cosmetics Hair Spa Aloe Vera


Produk ini adalah brand lokal dengan harga super murah, nggak nyampe 100 ribu untuk pot 500 gram. Sudahlah murah, sering sale pula di official storenya di Shopee (ID: azarinecosmetic) atau ada juga di Sociolla. Saya pakai ini udah hampir 2 bulan setiap keramas dan sisanya masih banyak banget padahal setiap pakai nggak pernah irit mengingat harganya yang super affordable. Wanginya enaaak walo agak strong tapi manis. Setelah dipakai, pijat-pijat kulit kepala dan diamkan sekitar 5 menit, boleh lebih tapi saya nggak betah lama-lama di kamar mandi. Di sela-sela menunggu produknya meresap, biasanya saya sambil sikat WC atau ngucek cucian, hehe.. Setelah dibilas, rambut rasanya lembut tapi yaudah lembut aja dan wangi tentunya, hanya saja wanginya kurang awet.


Hair conditioner
Kerastase Ciment Thermique Serum Very Damaged Hair


Rambut saya terbilang virgin, nggak pernah dimacem-macemin, bahkan selama hampir 35 tahun ini dicatok manual pun nggak pernah. Pake hairdryer juga bisa sebulan sekali, wkwk. Segitu nggak pedulinya, rambut sangat jarang ditata. Karena ngerasa ada perbaikan dengan kondisi rambut, saya jajan catokan rambut, dong, yang murah meriah aja. Saat saya mencari tutorial mencatok rambut, banyak yang mention produk ini untuk diaplikasikan ke rambut guna melindungi rambut dari suhu alat pencatok rambut. Okay, I’m sold, brb add to cart di Sociolla, masih dengan menggunakan promo HAIROCT. Btw, saya jajannya satu-persatu, nggak sekaligus, sambil menyesuaikan budget tentunya. Selain itu juga kalau langsung beli 2 produk, kode promonya tetap hanya maksimal 35.000 per transaksi, jadi mending dipecah tiap beli 1 produk, pake 1 voucher karena bisa dipakai berkali-kali.

Pemakaiannya sangat hemat, hanya sebiji jagung untuk 1 bagian rambut. Saya biasanya bagi rambut jadi 2 bagian saja. Hemat banget, kan. Saya nggak pernah catok rambut sebelumnya, jadi nggak tau apakah setelah catok, rambut akan terlihat shiny, tapi yang saya lihat, ada efek shiny di rambut setelah selesai dicatok. Aromanya juga segeeer.

Hair serum
Kerastase Stimuliste Spray Anti Hairloss Serum


Udah saya jelasin di atas, ya, produk inilah yang membuat saya pada akhirnya melirik brand Kerastase.

Hair oil
Kerastase Chronologiste Perfume Huile

Di antara semua yang saya beli, produk ini yang paling mahal, tapi (katanya) manfaatnya sebenernya nggak seberapa. Jadi, saya beli ini karena lihat review salah satu beauty vlogger, Stefany Talita yang bilang bahwa aromanya eksklusif banget, serasa habis treatment di salon mahal. Dan ya, saya setuju 100% dengan doi, emang aromanya tuh terkesan mahal, aduh pokoknya bikin happy, deh makenya. Aromanya soft, tercium samar-samar saat rambut dikibas dan bikin seneng mengendus-endus rambut, hehe. Saya pakai ini saat rambut selesai dicatok, hanya di batang rambut sampai ujungnya saja, bikin catokan lebih awet dibanding kalau nggak dipake. Sebaiknya hindari sampai ke kulit kepala karena berpotensi bikin rambut jadi lepek.
Banyak brand lain yang juga ngeluarin hair oil dengan fungsi yang sama dengan harga yang lebih murah, misalnya Loreal yang mana ini satu lini dengan Kerastase, versi yang lebih murah. Jadi, hair oil yang ini bisa di-skip aja, cari versi yang lebih affordable, ya. Baik produk ini maupun brand Loreal juga tersedia di Sociolla.

Hair night serum
Kerastase 8H Magic Night Serum

Nah, ini juga pembelian yang sebenarnya nggak sepenting itu, tapi karena lihat review oleh another beauty vlogger favorit saya, yaitu Bellinda di Youtube, lagi-lagi saya terpengaruh. Budget yang tadinya buat beli baju baru, saya alihkan ke produk ini dan pada akhirnya nggak bikin nyesel. Produknya dipakai saat malam hari sebelum tidur, setelah itu rambut saya bungkus dengan inner ciput yang loose, hanya supaya rambutnya nggak kemana-mana. Efeknya bisa terlihat di keesokan harinya, rambut jadi badaaaiii, nggak kaya habis bangun tidur. Belinya juga di Sociolla.

Semua produk di atas nggak saya beli dalam satu waktu melainkan bertahap, ya. Saat ada rejeki, saya tambah satu-persatu dan rasanya untuk saat ini sudah cukup dulu, takutnya kalau terlalu banyak yang dipakai malah akan menghilangkan fungsi satu sama lain. Yang jelas, semua review saya di atas adalah review jujur, bukan karena ini produknya mahal lantas akan bagus banget, tapi memang di saya yang sudah lelah mencari ini, pada akhirnya berlabuh pada produk tersebut yang kebetulan sangat cocok di saya. Udah nggak terhitung berapa produk yang saya coba, dari yang murah sampai yang mahal, dari yang numbuk sendiri di rumah pake cobekan sampai beli dari etalase supermarket yang terbilang mahal. Ketika banyak yang bilang Young Living Essential Oil bagus, aku ikutan beli juga tapi setelah dicoba, ternyata kurang ngefek, hiks. Intinya, saya happy pada akhirnya bisa menemukan rangkaian haircare yang membuat rambut saya membaik.

Oh, ya, tambahan informasi dari yang saya rangkum dari berbagai sumber, selain menggunakan produk yang tepat, beberapa hal di bawah ini juga penting untuk dilakukan:

❤ Karena kondisi rambut setiap orang berbeda-beda, gunakan shampoo yang tepat. Kenali dulu jenis rambut kalian, apakah kering atau berminyak. Ada beberapa salon yang bisa membantu kita mendeteksi kondisi kulit kepala tapi kalau saya pribadi hanya mengandalkan review yang tersebar di social media saja :D

❤ Seberapa sering kita harus keramas juga menyesuaikan kondisi rambut, normalnya sekitar 2-3 hari sekali. Tapi kalau memang tiap hari harus keramas dan setelahnya baik-baik saja, go on.

❤ Setelah keramas, hindari menggosok rambut dengan handuk. Cukup dengan dibungkus sebentar lalu hindari pula menyisir rambut saat basah. Saat rambut masih basah, kondisinya lebih rentan rontok.

❤ Gunakan produk pelindung rambut apabila ingin dikeringkan dengan hairdryer dan dicatok. Untuk mencatok, tunggu sampai rambut kering, karena mencatok rambut saat basah lebih berpotensi merusak helaian rambut.

❤ Keramas dengan air dingin.

❤ Jangan mengikat rambut terlalu kuat.

❤ Rutin gunakan hair mask dan hair oil sesuai dengan kondisi rambut masing-masing.

Tidak ada foto before-after, ya, karena saya berkerudung, hehe.. Di antara produk yang saya jabarkan di atas, produk yang paling recommended untuk kalian coba adalah minyak kemiriCiment Thermique Serum Very Damaged Hair, dan Stimuliste Spray Anti Hairloss Serum. Rekomendasi berikutnya, yaitu 8H Magic Night Serum. Untuk hair spa dan hair oil masih banyak brand lain yang nggak kalah OK, tapi memang harus dicoba dulu untuk tahu cocok atau nggaknya. Perbanyaklah mencari review dari user lain yang kondisi rambutnya mirip dengan kalian supaya meminimalisir ketidakcocokan nantinya walaupun kemungkinan itu pasti ada.

Thursday, October 15, 2020

Uneg-uneg

Seperti hari-hari lainnya, pukul 5 sore, saya mengajak anak-anak keluar rumah untuk sekedar jalan sore menikmati udara segar di komplek sambil menggenapkan langkah menjadi 5.000 atau sesekali bersepeda untuk menggerakkan otot-otot kami yang kebanyakan dipakai untuk duduk atau rebahan saja di rumah.

Sebelum berangkat, saya sempatkan buka Instagram dan melihat status IG Story teman-teman terlebih dahulu. Story yang pertama muncul adalah milik @bubu_ninid yang bercerita tentang perjuangan Bubu dan keluarga menghadapi ujian sakitnya Papanya Bubu 3 tahun yang lalu. Saat itu saya, Bubu, serta beberapa teman lainnya masih cukup sering bertemu, entah di event khusus atau hanya sekedar meet-up. Kami dekat karena kesukaan kami terhadap salah satu brand fashion muslimah, yang pada awalnya kompak membahas soal fashion tapi pada akhirnya malah lebih banyak membahas parenting, wisata kuliner, skincare, apapun lah itu yang lazim menjadi bahan pembicaraan wanita, termasuk bergunjing sesekali, hehe..

Bubu yang saya kenal dulu sangat fashionable, selalu matching from head to toe, OOTD-nya inspiratif, you name it. Dalam waktu singkat, bubu menjelma menjadi salah satu idola saya walau tidak semua fashionnya sesuai selera saya tapi kalau Bubu yang pakai, rasanya semua terlihat menarik.

Sampai 3 tahun yang lalu, Bubu mulai jarang ikut ngumpul. Bukan menarik diri karena jenuh dengan pertemanan kami, tetapi qadarullah ternyata Papanya Bubu sedang sakit. Karena keterbatasan yang ada, saya belum sempat menengok kondisi Bubu saat itu tapi kami tetap keep contact sesekali. Yang saya tau kemudian, penampilan Bubu berubah menjadi jauh lebih tertutup, itupun hanya saya amati lewat sosmed.

Saat itu saya sedang hamil Yayanna dengan usia kandungan masih beberapa minggu dan mengalami hyper-emesis berat sampai-sampai harus bedrest 3 bulan dari kantor karena tidak sanggup beraktivitas normal. Sebagian besar waktu saya habiskan dengan berbaring di pinggir kasur di mana ada ember kecil di samping kepala saya untuk membuang liur yang memenuhi mulut. Liur ini nggak boleh tertelan, karena akan mengakibatkan saya muntah hebat. Sudahlah makan hanya bisa sedikit, masa harus ditambah muntah juga, kan. Syukurlah waktu itu ART saya sangat helpful sehingga bisa menemani Azka bermain. Sedih sebenarnya ketika Azka mengatakan bahwa dia senang bubunnya tidak kerja tetapi pada kenyataannya bubunnya hanya bisa terbaring lemah tidak bisa menemaninya bermain.

Saat itu saya nonaktif dari semua sosmed selama hampir 6 bulan, tidak mengunggah satupun aktivitas yang sebelumnya biasanya selalu saya share ke sosmed. Bagaimana mungkin, kan, saya si pecandu sosmed, tiba-tiba menjadi mual setiap kali membayangkan isi sosmed. Yang tidak kalah lucu, saya menjadi mual setiap melihat produk dari brand favorit saya sampai-sampai ketika beberapa sahabat saya ingin berkunjung ke rumah, saya berpesan agar mereka tidak memakai merk itu. Hanya mereka yang tau kisah ini dan sekarang kalian juga tau. Kalau sekarang, sih sudah suka lagi, hehe.. Betapa hati manusia itu sangat mudah dibolak-balikkan.

Saat itu saya banyak merenung, apa salah dan dosa saya sehingga saya mengalami kehamilan yang membuat saya payah luar biasa. Saya terus-terusan meminta maaf pada orangtua untuk segala kesalahan saya pada mereka dengan harapan bahwa badai mual ini bisa segera mereda. Hyper-emesis ini membuat berat badan saya justru berkurang selama hamil trimester pertama.

Sesekali saya masih buka instagram dan yang muncul di page teratas mostly berupa tausiyah. Pernah ada masanya di mana setiap kali saya membaca tausiyah, hati ini tidak bergetar, malah cenderung mengabaikan. Saat itu saya merasa cukup dengan menjaga sholat wajib 5 waktu, puasa, dan zakat tanpa mengindahkan kekuatan ibadah sunnah. Betapa banyak waktu luang yang sudah saya abaikan sebelumnya.

Saat tergeletak tak berdaya dengan hyper-emesis itu, saya kuatkan diri untuk menambah amalan ibadah sunnah semampu saya. Tak perlu disebutkan, ya, saya malu, karena itupun hanya sedikit, hehe..

Kondisi hyper-emesis saya mulai membaik di bulan kesembilan. Saya sudah tidak perlu bawa gelas buat menampung air liur kemana-mana dan yang terpenting sudah mulai bisa makan enak lagi. Saat cuti hamil, sesekali saya jalan-jalan berdua dengan Azka untuk sekedar bertemu dengan teman-teman yang sudah berbulan-bulan tidak pernah saya lihat. Saya sudah mulai lupa lagi akan tausiyah-tausiyah itu padahal tubuh sudah jauh lebih sehat. Manusia memang sering lupa akan janjinya di kala sedang tak kekurangan apapun.

Saat Yayanna lahir di bulan Februari sampai awal Juni, kehidupan berjalan normal, hanya sedikit dramatis karena menyusui anak kedua tidak semudah anak pertama dulu. Saat itu saya kembali melihat runutan cerita dari @bubu_ninid mengenai perjuangannya untuk kesembuhan Papa-nya sebelumnya. Qadarullah Papa Bubu sudah tiada pada saat itu. Sebelumnya, selain mencari pengobatan medis terbaik, Bubu juga lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu sebagai anak yang berbakti pada orangtua, karena dengan doa dari anak yang sholeh/sholehah insyaAllah akan diijabah oleh Allah SWT. Intinya, Bubu yang sekarang sudah berubah jauh lebih baik lagi.

Dari situ hati saya tergerak dan menjadi berfikir, "Kok selama ini saya rasanya seperti jalan di tempat aja, ya?" Saya mulai mengikuti apa yang Bubu lakukan, dimulai dari yang saya sanggup lakukan, yaitu lebih menjaga aurat, memanjangkan jilbab dan mengganti celana kebangsaan dengan rok atau dress untuk keseharian. Bisa ditebak, pro dan kontra pasti ada. Pro saya dapatkan dari sahabat-sahabat sholehah yang lebih dulu berpakaian tertutup sementara kontra hanya sedikit saya dapatkan terutama dari mereka yang menganggap saya sudah tidak asik lagi, sudah emak-emak banget, persis seperti yang dulu saya takutkan, tapi ternyata pada kenyataannya saya bisa mengabaikan itu semua. Sumber semangat terbesar saya dapatkan dari suami yang ternyata lebih menyukai penampilan baru saya yang katanya lebih feminin ketimbang style jadul dengan chino pants yang memperlihatkan separuh betis saat sedang duduk karena terangkat. Duh.

Dengan mengubah gaya berpakaian, tidak serta-merta saya jadi orang baik. Tidak. Tapi paling tidak, saya berusaha lebih baik dari diri saya di hari kemarin. Saya hanya berkompetisi dengan diri saya sendiri. Sampai saat ini, dalam hal berpakaian, sudah tidak ada niatan untuk kembali pada style yang dulu, karena setelah dijalani, saya sudah merasa sangat nyaman.

Hal berikutnya yang mengganggu pikiran saya adalah mengenai koleksi. Seringkali saya mendapatkan pencerahan mengenai barang koleksi nyatanya bukanlah merupakan harta sesungguhnya melainkan hanya pemberat kita saat hisab nanti. Kegemaran saya belanja dulu sudah sampai pada level membuat suami saya geleng-geleng kepala. Saya merasa mampu membeli barang dengan penghasilan sendiri sehingga mengabaikan saran suami untuk tidak mengeluarkan uang semudah itu hanya demi fashion. Saya dan suami sangat bertolak belakang sekali untuk urusan fashion. Sedari saya menikah dengannya hingga hampir 8 tahun ini, tumpukan pakaiannya bahkan tidak sampai 1/10 dari koleksi saya. Sekarang, saya justru iri pada suami yang bangga hanya punya sedikit pakaian dan sering memakai pakaian yang sama sampai berulang kali, beda dengan saya yang sering memakai baju hanya 1-2 kali lalu merasa bosan dan ingin mengganti dengan baju lain lagi.

Pelan-pelan saya tinggalkan kebiasaan mengoleksi barang. Selayaknya wanita, keinginan untuk shopping masih sangat besar, hanya saja saya biasakan setiap ada barang yang masuk, sebelumnya harus ada yang keluar, entah itu saya bagi-bagikan pada keluarga, teman atau saya jual. Tidak cukup hanya dengan 1 in 1 out, kalau perlu untuk 1 baju yang akan masuk, saya mengeluarkan 2-3 baju lainnya supaya lama-kelamaan isi lemari semakin menyusut.

Apalagi sejak pandemi di awal tahun lalu, saat saya sedang cuti kerja 1 tahun dan menjadi full IRT, praktis saya hampir tidak kemana-mana, jadilah barang-barang yang bertumpuk itu ketahuan tidak banyak manfaatnya karena pakaian yang saya kenakan hanya itu-itu saja. Ditambah lagi di pertengahan 2020 ini, saya pindahan kembali dari Balikpapan ke Jakarta, makin terasa ternyata saya punya begitu banyak barang yang hanya sekedar lucu tapi tidak terlalu penting. Pada akhirnya, sekarang setiap weekend saya selalu luangkan waktu untuk mengumpulkan barang-barang yang sekiranya tidak akan terpakai, untuk saya keluarkan dari tempat penyimpanannya. Target saya, 1 lemari 3 pintu ukuran standar yang ada di kamar saya ini harus cukup menampung semua pakaian saya termasuk mukena, handuk, seprei, dan lain-lain. Itu sendiri pun sudah banyak, bukan?

Saat mengumpulkan barang-barang untuk kemudian saya lepaskan, tidak hanya sekali-dua kali saya merasa sayang. Sayang kalau nanti tiba-tiba kepengen, belum tentu nanti bisa dapat dengan harga yang murah lagi, dsb tapi pada akhirnya ketakutan saya akan hisab selalu bisa memenangkan pertarungan batin. Saya pernah baca di IG Story salah satu teman kantor, apabila kita merasa sayang akan suatu barang tapi saat ini belum kita perlukan, lepaskan saja. Suatu saat apabila kita membutuhkannya, mudah-mudahan Allah SWT mampukan kita untuk memilikinya kembali.

Perlahan-lahan tas, sepatu, kosmetik, serta printilan rumah lainnya saya kurangi dan itu rasanya legaaa banget ketika tahu bahwa rak tas yang tadinya 1 itu ga cukup, sekarang sudah lowong, hanya terisi barang-barang yang memang masih terpakai. Gantungan dan lipatan baju di lemari juga sedikit demi sedikit berkurang walau sesekali masih ada anggota baru yang masuk. Isi gudang di rumah juga berkurang. Banyak sekali barang yang sudah tersimpan berbulan-bulan atau bertahun-tahun ternyata tidak terpakai. Dulu disimpan hanya karena merasa sayang.

Saya sering baca hal ini, “Mulailah dari hal yang kecil untuk mengubah hal yang besar”. Mudah-mudahan setiap hal kecil yang kita lakukan asalkan itu mengarah pada kebaikan, suatu saat mengundang hal baik lainnya yang lebih besar untuk terjadi di hidup kita.

Beberapa minggu yang lalu Azka menghadapi Penilaian Tengah Semester Pendidikan Agama Islam kelas 1 dan salah satu materinya adalah mengenai tujuan manusia hidup di dunia ini. Saat itu Azka bisa menjawb dengan benar, yaitu untuk beribadah pada Allah SWT. Sambil mengawasi Azka PTS, saya termenung, betapa selama ini saya seringkali lalai padahal sejak kelas 1 SD saya sudah diajarkan tentang hal itu.

Bismillah, tidak ada kata terlambat, yuk kita mulai lagi :)

Friday, July 17, 2020

My Instagram Journey

Aku tergelitik untuk membuat postingan ini setelah ada salah satu user yang DM menanyakan kiat menjadi selebgram. Tentang sebutan selebgram, setidaknya itulah pandangannya mengenai akun instagramku.

Pertama, aku luruskan dulu, aku ga pernah mengklaim diriku dengan sebutan selebgram. Sewaktu awal join instagram, motivasiku adalah supaya punya mini album untuk mengabadikan momen-momen dalam keseharianku yang saat itu baru punya bayi, yaitu Azka, anakku yang pertama.

Back to the end of 2013, aku "nyasar" ke instagram saat sedang mencari pakaian bayi secara online. Later on, pelan-pelan aku mulai aktif posting. Puncaknya, saat aku melihat salah satu brand fashion muslimah, aku tertarik untuk nyobain produknya yang walaupun sebenarnya terbilang mahal tapi entah kenapa daya tariknya luar biasa. Itupun pada akhirnya aku perdana nyobain setelah lihat langsung produknya di Muse - FX, tapi belinya di Z*alora karena di sana yang lagi sale.

Lambat laun, aku mulai ketagihan belanja brand tersebut dan mulai memberanikan diri untuk upload saat memakai produknya, yang kita sebut dengan OOTD alias #outfitoftheday. Padahal, yah, aslinya, dulu aku tuh kaku banget kaya kanebo kering kalau disuruh pose di depan kamera. It was one of my biggest fear, to be on frame, aselik bisa keringet dingin, intinya sangat amat ga fotogenik, lah (padahal sebenernya karena saat itu belum tau banyak aplikasi edit foto, jadi ya fotonya standar semua, hihi). Dari hashtag khusus untuk brand tersebut, aku mulai dapat kenalan baru dengan saling memberi like ataupun komentar.

Followersku berkembang secara organik seiring dengan semakin seringnya aku upload foto OOTD. Walaupun pernah dituduh beli likes ataupun followers, aku ga mempermasalahkan. Apapun yang kita sajikan di media sosial pastinya akan ada pro dan kontranya, tinggal bagaimana kita bisa bijak menyikapinya.

Sampai pada suatu waktu, saat itu followersku berjumlah 1000 sekian, ada salah satu online shop kerajinan tangan yang menawariku endorsement. Saat itu aku sama sekali buta mengenai hal itu. Lalu adminnya menjelaskan bahwa mereka akan mengirim salah satu produk mereka. Aku diperbolehkan memilih, yang saat itu aku ambil kotak tisu berbahan kayu yang sampai saat ini masih menghiasi rak bukuku :)

Saat aku posting hasil fotonya, ternyata admin olshop itu merespon dengan sangat baik. MasyaAllah, dapat compliment segitu baiknya bikin aku terharu luar biasa, karena aku merasa diriku bermanfaat paling tidak untuk olshop tersebut.

Long story short, beberapa online shop mulai berdatangan menawariku untuk mengiklankan produk mereka. Honestly speaking, setiap aku mendapat tawaran itu, rasanya bahagia karena berarti mereka percaya aku bisa membantu penjualan produk mereka. Senang juga karena punya baju baru lagi, termasuk ibu dan adikku yang seukuran denganku juga ikut senang, karena biasanya kalo lemariku udah kepenuhan, sebagian besar aku alihkan ke mereka, hihi.. Aku masih berusaha memegang prinsip, punya barang seperlunya aja.

Sayangnya, karena keterbatasan waktuku untuk foto karena sehari-hari aku bekerja, aku nggak bisa ambil semua tawaran tersebut. Akhirnya aku hanya ambil beberapa yang memang sangat sesuai dengan keseharianku. Selain karena aku nggak mau asal review, aku juga pengen punya style khusus yang mudah diingat. Kalau kalian lihat, seleraku biasanya begitu-begitu aja, hanya beda di warna atau motif.

Kalau ada yang komentar, "Enak banget, mba, bisa dapat produk gratis apalagi nggak harus rebutan." MasyaAllah, memang iya, pasti senang dapat baju cantik apalagi kalau memang sudah diincar sejak teasernya muncul. Tapi, sejujurnya, untuk menyajikan foto yang menurutku terbaik, butuh effort yang luar biasa :)

Begitu baju datang, harus dicuci atau minimal disetrika dulu sampai rapi, jangan sampai kusut karena bisa mengurangi cantiknya foto. Setelah itu, kalo bajunya udah cantik, kan kebanting kalo yang make nggak "dandan", setidaknya supaya wajah terlihat lebih segar walaupun hanya sebatas pensil alis dan lipstik. Karena aku bukan Citra Kirana, jadi aku harus dandan, hehe.. Berikutnya, cari background yang rapi, kalau bisa nggak monoton. Dulu, saat belum ada pandemi seperti ini, aku sering keluar rumah cari spot foto yang menarik. Tapi semenjak pandemi, aku hanya foto di rumah memanfaatkan layer kain dan properti dedaunan yang lagi hits seperti biasa dipakai untuk katalog online shop. Terlihat niat memang, tetapi aku hanya berusaha semaksimal mungkin membuat fotonya menarik sesuai seleraku, sebagai balas jasa kepada online shop yang udah ngasih aku baju cantik. Selain itu, aku juga suka cari spot foto di seputaran komplek, seringnya di area pepohonan, tentunya yang aman dari pandangan tetangga, karena sampai saat ini pun aku masih suka malu kalo foto-foto dilihat orang, hehe. Waktu aku tinggal di tepi pantai, area pantai jadi spot foto favoritku. Terlepas dari apapun backgroudnya, yang penting detail baju bisa terlihat karena itulah yang harus kalian tunjukkan. Untuk 1 outfit, aku pernah rekor foto sampai ratusan, sampai dapat yang sesuai selera, hehe..

Nah, untuk waktu foto ini, aku biasanya hanya bisa foto saat weekend, itupun ketika anak-anak bisa dikondisikan. Pernah, aku udah dandan dan siap untuk foto, eh anakku tantrum, kalo udah gitu ya mesti ngalah, fotonya aja yang diundur.

Balik lagi soal endorsement, menjawab pertanyaan yang seriiing banget masuk, apakah aku dibayar atau nggak. Jawabannya, mostly nggak, apalagi kalau itu brand milik teman-temanku. Seiring dengan waktu, tujuanku aktif di instagram bertambah, sebisa mungkin ingin support #localbrand karena so far aku belum punya talenta lain, hehe.. Apakah itu produknya dikasih ke aku atau aku beli sendiri akan aku review, istilahnya #guebeliguereview. Kalaupun aku dibayar untuk review, beberapa kali karena memang dari pihak olshop menawarkan fee yang pada akhirnya aku jawab karena memang aku punya template dan bayarannya pun biasanya aku pakai untuk traktir siapa yang lagi motoin aku. Instagram memang sangat berjasa membuatku memiliki banyak teman seperti saat ini walaupun sebagian besar ada di dunia maya. Tapi, untuk saat ini, aku masih menganggap OOTD sebatas hobi, karena aku bahagia kalau dari reviewku, teman-teman bisa ikut nyobain produk yang aku rekomendasikan apalagi kalau memang ternyata disukai.

Jadi, kembali ke paragraf pertama, aku ga menganggap diriku selebgram. Makasih banget untuk teman-teman yang masih setia menjadi followerku dan mohon maaf kalau aku nggak follow back semuanya, karena kalau memang pagenya aku suka, otomatis akan aku follow, nggak perlu mengirim pesan seperti "Followback dong, kak". Jangan, yah, hehe..

Satu lagi, apa yang ditampilkan orang di instagramnya atau sosial medianya masing-masing adalah apa yang orang itu ijinkan kalian melihatnya. Di balik postingan bahagia yang ditampilkan, pasti ada problematikanya masing-masing yang ga mereka tunjukkan. Jadi, setiap melihat postingan orang lain yang indah-indah, jangan lupa untuk kembali menelaah nikmat apa yang udah kita dapatkan lalu mensyukurinya, ya, teman-teman. Kita nggak tau masalah apa yang
sedang mereka hadapi di baliknya.