Weekend lalu saya dan beberapa rekan kerja beserta beberapa pasangan mereka mengadakan kegiatan bersama yaitu rafting, yang biasa disebut arung jeram, di Sungai Citatih daerah Sukabumi. Itu adalah kali perdana saya mengikuti kegiatan rafting.
Wacana rafting ini sebenarnya sudah lama kami rencanakan, tetapi selalu saja mengendap dan kemudian terlupakan. Hingga akhirnya seorang teman mengabarkan bahwa ia baru saja mengikuti kegiatan rafting yang diadakan oleh tempat dimana istrinya bekerja, menggunakan jasa EO yang cukup recommended. Berbekal informasi itulah akhirnya kami mulai serius lagi mematangkan rencana tersebut.
EO telah ditunjuk, lokasi ditetapkan, dana terkumpul, dan diputuskan bahwa kegiatan akan dilaksanakan pada hari Sabtu kemarin, 4 Februari. Paket yang kami pilih yaitu paket rafting berjarak 13 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Setelah memastikan bahwa semua peralatan untuk keamanan telah terpasang dengan baik, ketua pemandu rafting memberikan safety briefing dalam kegiatan rafting.
Saya menempati boat bersama 4 orang rekan ditemani oleh seorang pemandu yaitu Mas Sanusi. Sebelum kegiatan dimulai, pemandu rafting di tiap-tiap perahu memberikan instruksi dan mengajak kami mempraktikannya. Setelah merasa paham dengan setiap instruksi yang diberikan, perahu mulai dilepas bergerak mengikuti arus sungai, perlahan tapi pasti. Sesekali kami diberikan aba-aba mendayung untuk mengatur arah perahu agar lebih terkendali. Satu persatu jeram kami lalui dengan pacuan adrenalin yang bagi saya cukup ekstrim.
Walau bisa berenang dan memakai peralatan keselamatan yang lengkap, saya tetap kurang bisa santai selama pengarungan. Salah satu cara ampuh untuk mengatasinya adalah dengan berteriak sekuat tenaga setiap melewati jeram. Dan cara tersebut ternyata ampuh karena rekan-rekan saya yang lain mengira saya begitu menikmati.
Ketika akan melewati satu jeram yang cukup ekstrim, kami diberikan peringatan agar nantinya mempraktikkan aba-aba 'BOOM', yaitu duduk berkumpul di dasar perahu untuk menjaga keseimbangan dari pengaruh arus yang sangat liar. Ketika melewati jeram tersebut, perahu kami mengalami lonjakan yang cukup keras, sehingga cukup banyak air yang masuk ke dalam perahu kami. Seru memang, tapi tetap saja bagi saya yang agak fobia dengan perairan membuat beberapa detik itu menjadi sangat menegangkan.
Selama pengarungan, tim kami tidak mengalami kejadian yang heboh. Ada beberapa tim lain yang mengalami perahunya terbalik. Tetapi regu penyelamat selalu siap siaga sehingga tidak ada kejadian fatal.
Tidak terasa, pengarungan telah berjalan selama 3 jam dan akhirnya kami semua kembali berkumpul di meeting point. Ketika mandi, saya melihat beberapa bagian tubuh saya mengalami memar. Memang selama pengarungan, karena kurang santai mengakibatkan badan saya kaku sehingga tabrakan dengan pinggir perahu karet ketika perahu terguncang saja terasa sakit. Tetapi, secara keseluruhan, acara rafting kami itu sangat berkesan dan benar-benar memuaskan hasrat untuk berpetualang.
Hari Senin, 2 hari setelah kegiatan tersebut berlangsung, saya melihat satu tweet di timeline saya yang menyatakan bahwa seorang mahasiswa yang kebetulan satu almamater dengan saya dikabarkan hilang pada saat mengikuti kegiatan arung jeram di daerah Garut. Berawal dari rasa penasaran, saya mencari mention yang ditujukan untuknya. Banyak sekali mention yang menyebutkan namanya, dan saya telusuri setiap informasi yang tercantum.
Mungkin karena beberapa hari sebelumnya saya juga melakukan kegiatan yang sama membuat saya merasa lebih aware dengan peristiwa ini. Tanpa crosscheck berita dengan rekan yang lain, saya telusuri sendiri segala berita mengenai dirinya.
Malam harinya, saya menghabiskan waktu bertukar pikiran dengan papi yang sedang berkunjung ke Jakarta sehingga sempat lupa akan peristiwa yang menimpa Fanka. Akan tetapi, ketika akhirnya papi pun kemudian tertidur, saya kembali sendiri dan lamunan saya lagi-lagi mengarah pada Fanka.
Beberapa jam lamanya saya tetap terjaga, mengumpulkan satu-persatu berita, berharap pada datangnya berita baik. Saya menghibur diri dengan membayangkan bahwa mungkin saja ia hanyut dan kemudian tersangkut akar pohon di pinggir sungai dalam keadaan pingsan dan kemudian ditolong oleh penduduk lokal yang jauh dari sumber informasi, diberikan perawatan sehingga ia kembali pulih. Akhirnya, sekitar pukul 2 dini hari saya terkapar dengan sendirinya karena memang cukup lelah.
Ketika bangun keesokan paginya, HP masih ada dalam genggaman dan hal pertama yang saya cari tahu adalah berita terbaru mengenai dirinya. Belum ada berita yang menenangkan tetapi saya tahu bahwa sangat banyak orang yang peduli dan turut mendoakan agar dirinya kembali ke rumah dengan selamat.
Sore harinya, sepulang dari kantor, saya mengantar papi ke bandara. Saat di taksi dalam perjalanan menuju bandara, saya lebih banyak melamun. Sesekali saya tersadar dari lamunan dan menjawab pertanyaan atau menimpali obrolan papi. Dari jendela taksi, saya melihat matahari yang [saat itu] cahayanya menurut saya indah. Saya sempat membatin, indahnya ga kalah dengan sunset yang pernah saya saksikan di beberapa pantai. Pasti indah dan membahagiakan kalau dek Fanka juga bisa melihatnya.
Sesampainya di bandara, papi check-in kemudian ngajak makan bareng. Beres makan, papi nyuruh saya langsung pulang aja, biar ga kemaleman nyampe rumah katanya. Suasana hati yang sudah mellow bertambah mellow pula dengan momen perpisahan itu. Susah payah saya menahan tangis dengan beragam alasan seperti gengsi, malu, jaim, dan terlebih karena ga pengen papi juga ikutan sedih.
Saya berhasil menahan tangis dan kemudian menuju loket penjualan tiket DAMRI untuk pulang. Duduk sendiri di dalam bis yang masih sepi, lagi-lagi lamunan saya mengarah pada Fanka. Ada perasaan ingin tahu tetapi juga takut apabila harapan saya tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi akhirnya saya putuskan untuk membuka twitter dan menelusuri berita terbaru tentangnya. Ketika mention tentangnya telah terbuka, tweet yang terbaca adalah RIP @angelinayofanka.
Angelina Yofanka. Saya hanya tahu namanya dan itu pun baru hitungan hari. Tetapi kabar kepergiannya menimbulkan duka yang mendalam, dan saya yakin bukan karena latah atau kepo semata. Dari sekian banyak informasi yang saya tahu, berujung pada kesimpulan bahwa dia pastilah orang yang sangat baik dan mengagumkan karena terbukti, sangat banyak sekali orang yang menyayangi dan mencintainya. Pun banyak hal-hal menakjubkan yang tercipta oleh seorang Fanka. Setiap membaca mention tentangnya, seringkali saya merinding. Betapa mengagumkan pribadi seseorang sepertinya. Seorang Angelina Yofanka bisa menyatukan massa sedemikian besar dan membuat perubahan yang menakjubkan. Pastilah karena ia orang yang spesial. Karena itu pula Tuhan memanggilnya lebih cepat. Karena ia spesial.
Sang pencinta alam kembali ke pangkuan-Nya dalam pelukan alam yang dicintainya.
RIP Angelina Yofanka.
2 comments:
Iya yah, samaa, awak juga barely know her, tapi ikut sedih ngedengernya.. Hiks...
iya, vaaa...
untuk kasus ini, pepatah 'tak kenal maka tak sayang' mental ga ngefek.
hidayah emang sering datang tak terduga, bisa lewat siapa aja dengan jalan apa aja..
Post a Comment