Friday, July 17, 2020

My Instagram Journey

Aku tergelitik untuk membuat postingan ini setelah ada salah satu user yang DM menanyakan kiat menjadi selebgram. Tentang sebutan selebgram, setidaknya itulah pandangannya mengenai akun instagramku.

Pertama, aku luruskan dulu, aku ga pernah mengklaim diriku dengan sebutan selebgram. Sewaktu awal join instagram, motivasiku adalah supaya punya mini album untuk mengabadikan momen-momen dalam keseharianku yang saat itu baru punya bayi, yaitu Azka, anakku yang pertama.

Back to the end of 2013, aku "nyasar" ke instagram saat sedang mencari pakaian bayi secara online. Later on, pelan-pelan aku mulai aktif posting. Puncaknya, saat aku melihat salah satu brand fashion muslimah, aku tertarik untuk nyobain produknya yang walaupun sebenarnya terbilang mahal tapi entah kenapa daya tariknya luar biasa. Itupun pada akhirnya aku perdana nyobain setelah lihat langsung produknya di Muse - FX, tapi belinya di Z*alora karena di sana yang lagi sale.

Lambat laun, aku mulai ketagihan belanja brand tersebut dan mulai memberanikan diri untuk upload saat memakai produknya, yang kita sebut dengan OOTD alias #outfitoftheday. Padahal, yah, aslinya, dulu aku tuh kaku banget kaya kanebo kering kalau disuruh pose di depan kamera. It was one of my biggest fear, to be on frame, aselik bisa keringet dingin, intinya sangat amat ga fotogenik, lah (padahal sebenernya karena saat itu belum tau banyak aplikasi edit foto, jadi ya fotonya standar semua, hihi). Dari hashtag khusus untuk brand tersebut, aku mulai dapat kenalan baru dengan saling memberi like ataupun komentar.

Followersku berkembang secara organik seiring dengan semakin seringnya aku upload foto OOTD. Walaupun pernah dituduh beli likes ataupun followers, aku ga mempermasalahkan. Apapun yang kita sajikan di media sosial pastinya akan ada pro dan kontranya, tinggal bagaimana kita bisa bijak menyikapinya.

Sampai pada suatu waktu, saat itu followersku berjumlah 1000 sekian, ada salah satu online shop kerajinan tangan yang menawariku endorsement. Saat itu aku sama sekali buta mengenai hal itu. Lalu adminnya menjelaskan bahwa mereka akan mengirim salah satu produk mereka. Aku diperbolehkan memilih, yang saat itu aku ambil kotak tisu berbahan kayu yang sampai saat ini masih menghiasi rak bukuku :)

Saat aku posting hasil fotonya, ternyata admin olshop itu merespon dengan sangat baik. MasyaAllah, dapat compliment segitu baiknya bikin aku terharu luar biasa, karena aku merasa diriku bermanfaat paling tidak untuk olshop tersebut.

Long story short, beberapa online shop mulai berdatangan menawariku untuk mengiklankan produk mereka. Honestly speaking, setiap aku mendapat tawaran itu, rasanya bahagia karena berarti mereka percaya aku bisa membantu penjualan produk mereka. Senang juga karena punya baju baru lagi, termasuk ibu dan adikku yang seukuran denganku juga ikut senang, karena biasanya kalo lemariku udah kepenuhan, sebagian besar aku alihkan ke mereka, hihi.. Aku masih berusaha memegang prinsip, punya barang seperlunya aja.

Sayangnya, karena keterbatasan waktuku untuk foto karena sehari-hari aku bekerja, aku nggak bisa ambil semua tawaran tersebut. Akhirnya aku hanya ambil beberapa yang memang sangat sesuai dengan keseharianku. Selain karena aku nggak mau asal review, aku juga pengen punya style khusus yang mudah diingat. Kalau kalian lihat, seleraku biasanya begitu-begitu aja, hanya beda di warna atau motif.

Kalau ada yang komentar, "Enak banget, mba, bisa dapat produk gratis apalagi nggak harus rebutan." MasyaAllah, memang iya, pasti senang dapat baju cantik apalagi kalau memang sudah diincar sejak teasernya muncul. Tapi, sejujurnya, untuk menyajikan foto yang menurutku terbaik, butuh effort yang luar biasa :)

Begitu baju datang, harus dicuci atau minimal disetrika dulu sampai rapi, jangan sampai kusut karena bisa mengurangi cantiknya foto. Setelah itu, kalo bajunya udah cantik, kan kebanting kalo yang make nggak "dandan", setidaknya supaya wajah terlihat lebih segar walaupun hanya sebatas pensil alis dan lipstik. Karena aku bukan Citra Kirana, jadi aku harus dandan, hehe.. Berikutnya, cari background yang rapi, kalau bisa nggak monoton. Dulu, saat belum ada pandemi seperti ini, aku sering keluar rumah cari spot foto yang menarik. Tapi semenjak pandemi, aku hanya foto di rumah memanfaatkan layer kain dan properti dedaunan yang lagi hits seperti biasa dipakai untuk katalog online shop. Terlihat niat memang, tetapi aku hanya berusaha semaksimal mungkin membuat fotonya menarik sesuai seleraku, sebagai balas jasa kepada online shop yang udah ngasih aku baju cantik. Selain itu, aku juga suka cari spot foto di seputaran komplek, seringnya di area pepohonan, tentunya yang aman dari pandangan tetangga, karena sampai saat ini pun aku masih suka malu kalo foto-foto dilihat orang, hehe. Waktu aku tinggal di tepi pantai, area pantai jadi spot foto favoritku. Terlepas dari apapun backgroudnya, yang penting detail baju bisa terlihat karena itulah yang harus kalian tunjukkan. Untuk 1 outfit, aku pernah rekor foto sampai ratusan, sampai dapat yang sesuai selera, hehe..

Nah, untuk waktu foto ini, aku biasanya hanya bisa foto saat weekend, itupun ketika anak-anak bisa dikondisikan. Pernah, aku udah dandan dan siap untuk foto, eh anakku tantrum, kalo udah gitu ya mesti ngalah, fotonya aja yang diundur.

Balik lagi soal endorsement, menjawab pertanyaan yang seriiing banget masuk, apakah aku dibayar atau nggak. Jawabannya, mostly nggak, apalagi kalau itu brand milik teman-temanku. Seiring dengan waktu, tujuanku aktif di instagram bertambah, sebisa mungkin ingin support #localbrand karena so far aku belum punya talenta lain, hehe.. Apakah itu produknya dikasih ke aku atau aku beli sendiri akan aku review, istilahnya #guebeliguereview. Kalaupun aku dibayar untuk review, beberapa kali karena memang dari pihak olshop menawarkan fee yang pada akhirnya aku jawab karena memang aku punya template dan bayarannya pun biasanya aku pakai untuk traktir siapa yang lagi motoin aku. Instagram memang sangat berjasa membuatku memiliki banyak teman seperti saat ini walaupun sebagian besar ada di dunia maya. Tapi, untuk saat ini, aku masih menganggap OOTD sebatas hobi, karena aku bahagia kalau dari reviewku, teman-teman bisa ikut nyobain produk yang aku rekomendasikan apalagi kalau memang ternyata disukai.

Jadi, kembali ke paragraf pertama, aku ga menganggap diriku selebgram. Makasih banget untuk teman-teman yang masih setia menjadi followerku dan mohon maaf kalau aku nggak follow back semuanya, karena kalau memang pagenya aku suka, otomatis akan aku follow, nggak perlu mengirim pesan seperti "Followback dong, kak". Jangan, yah, hehe..

Satu lagi, apa yang ditampilkan orang di instagramnya atau sosial medianya masing-masing adalah apa yang orang itu ijinkan kalian melihatnya. Di balik postingan bahagia yang ditampilkan, pasti ada problematikanya masing-masing yang ga mereka tunjukkan. Jadi, setiap melihat postingan orang lain yang indah-indah, jangan lupa untuk kembali menelaah nikmat apa yang udah kita dapatkan lalu mensyukurinya, ya, teman-teman. Kita nggak tau masalah apa yang
sedang mereka hadapi di baliknya.