Friday, March 26, 2021

Latah ikut hype Scarlett Whitening (?)

Melanjutkan postinganku sebelumnya mengenai haircare, kali ini aku mau membahas soal bodycare. Bener-bener, deh selama pandemi ini, me-time untukku di rumah, kalau nggak bikin orderan strap kacamata, ya merawat diri aja, sambil menghitung waktu kapan suami bisa pulang ke Jakarta. Nasib pejuang LDM yang baru bisa ketemu tiap sabun mandi habis seperempat botol alias 2 bulan sekali, hehe… Kenapa cuma habis seperempat botol? Soalnya, karena ga kemana-mana dan ga ngerasa keringetan berlebih, mandinya cuma sehari sekali, hehe.. Tapiii, semua itu berubah sejak aku mulai rutin bodycare-an, apalagi udah nemu rangkaian bodycare yang cocok di kulit dan pastinya di kantong.



Awalnya tuh aku ngerasa selama di rumah aja, tone kulitku emang naik baik di wajah maupun badan tapi di tangan masih tetap kusam, jadi kalau lagi jejerin tangan dan wajah, keliatan beda tone, mungkin karena rutin sepedaan walo di komplek aja, ya di mana yang nampak itu hanya punggung tangan jadilah menggelap di punggung tangan. Selain problem kulit kusam, kulitku juga mudah bersisik, tak lain tak bukan karena hampir 24 jam berada di ruangan AC, sering kehilangan kelembaban kulit tanpa kusadari.

Pas banget lah ada masa di mana sabun mandi yang biasa kupakai sebelumnya udah mau habis, jadi aku gerilya cari review soal sabun mandi lain yang mungkin lebih cocok di aku.

Nah, ada 2 beauty vlogger andalanku yang konsisten nge-review performa dari produk-produk Scarlett Whitening, yang pada akhirnya membuat aku “keracun”. Aku hampir selalu cocok dengan apa yang dia rekomendasikan termasuk rangkaian haircare yang aku tulis di postingan sebelum ini. Lihat review mereka, aku malah tergiur dengan produk body scrubnya dulu, jadilah item itu yang pertama aku cobain, dengan varian Romansa (yang ratingnya paling tinggi di Femaled*ily). Siapa sangka pada akhirnya aku ketagihan, hehe...

Review yang aku jabarkan ini tidak berbayar, ya, jadi apa yang aku sampaikan adalah review yang memang aku rasakan dan ingin kubagikan ke teman-teman semua. Bisa saja kalian merasakan hal yang sama denganku, tetapi tetap ada kemungkinan kalian bisa nggak cocok juga, namapun kondisi kulit tiap orang beda-beda, kan.

Scarlett Body Scrub – ROMANSA

Aku beli produk ini di awal Desember 2020 di salah satu trusted beauty e-commerce. Packagingnya datang dengan kondisi super aman, dibungkus dengan bubble wrap, sehingga produknya nggak ada yang tumpah atau bocor sedikitpun. Sejujurnya aku nggak terlalu mengharapkan perubahan yang nyata, karena sudah belasan produk lulur yang aku cobain, efeknya so-so aja. Jadi, aku memang hanya mencari yang baik di antara yang baik aja, nih ceritanya. Klaim dari produk scrub ini adalah bisa mencerahkan, melembabkan dan menutrisi kulit dengan kandungan jagoan mereka, yaitu Glutathione dan vitamin E.


First impression, hmmm, aromanya wangi bangeeettt sampai waktu aku selesai mandi, suami kemudian masuk toilet, katanya wangi semerbaknya masih tertinggal dan sampai bermenit-menit kemudian aromanya pun masih nempel di kulit, sebelum aku timpa dengan body lotion. Oke, lanjut, yang aku juga suka, butirannya lembut, ketika digosokkan ke kulit, nggak bikin kulit perih dan sakit atau memerah. Begitu diguyur dengan air pun nggak meninggalkan kesan licin banget atau juga keset, tetep terasa seperti meraba kulit asli tapi memang terasa lebih halus dan ini awet sampai beberapa hari kemudian, artinya emang kulit mati di kulit kita beneran terangkat walo bulirnya soft.

Ada petunjuk pemakaian di kemasannya, aplikasikan di seluruh badan (aku udah basahin dulu sebelumnya tanpa sabun), lalu diamkan selama 2-3 menit (sambil nunggu ini, aku sambil sikat gigi atau cuci muka, bahkan sesekali nyikat lantai toilet) lalu scrub badan dengan lembut aja, nggak usah terlalu ngoyo, tetep luntur, kok dakinya, hehe..



Setelah sebulan pemakaian, 1-2x aja dalam seminggu dan ngerasain efeknya bagus ke kulitku, akhirnya aku tergiur untuk nyobain produk andalan lainnya supaya efeknya ke kulitku lebih maksimal, yaitu shower scrub dan body lotionnya.

Scarlett Shower Scrub – POMEGRANTE

Sama halnya dengan body scrubnya, shower scrub dan body lotionnya juga mengandung Glutathione dan vitamin E. Dalam sabunnya ada bulir yang bisa memaksimalkan pengangkatan kotoran di badan kita. Bulir ini lembut banget, ya, langsung lumer saat diusapkan ke badan. Aku cobain varian Pomegrante yang aromanya soft, tidak sekencang body scrubnya tapi tetep enak, masih tercium samar-samar setelah handukan. Teksturnya nggak terlalu kental, untuk pemakaian 3 minggu dengan jadwal mandi 1-2 kali sehari, pemakaianku cukup hemat, baru habis dikit, hehe.. Udahlah harganya affordable, habisnya juga lama, ah mamak senang ini, hehe...

Kalau sabunan hanya dengan tangan, busanya nggak terlalu banyak, tapi karena aku pakai shower puff jadi busanya terlihat lebih banyak sehingga hanya beberapa drop saja cukup untuk menjangkau seluruh tubuh. Kemasannya menggunakan tutup yang standar, nggak mudah tumpah dan praktis juga kalau mau dibawa kemana-mana.


Scarlett Body Lotion – FRESHY

Rangkaian bodycare setelah mandi ditutup dengan mengoleskan lotion ke seluruh badan. Dulu aku sering skip pake body lotion karena kalau habis mandi itu, setelah ngeringin badan, seringnya langsung pakai baju. Kalau udah berpakaian lengkap, malas merogoh-rogoh badan lagi buat oles-oles, keburu si krucil nyariin emaknya yang kalo saban mandi selalu nyuruh anaknya keluar kamar dan ngunciin pintu dari dalam, hehe... Tapi setelah nyobain body lotionnya Scarlett, body-lotionan jadi nggak bisa ketinggalan karena suka banget sama aromanya, agak strong di awal tapi setelah beberapa menit kemudian jadi makin enaaak aromanya di kulit, terbukti anakku suka meluk-meluk aku sambil mengendus-endus, hehehe...



Aku punya satu parfum yang jadi andalanku dan aroma body lotion ini mirip banget dengan parfum kesukaanku itu. Semenjak pake body lotion ini, praktis udah jarang pake parfum lagi, hehehe... Dari sekian banyak body lotion yang pernah aku coba, produk Scarlett ini jadi salah satu favoritku karena mudah diaplikasikan ke kulit, tidak meninggalkan kesan lengket setelahnya yang artinya produknya mudah menempel dengan baik. After effectnya juga kulit terasa lebih lembab dan aku noticed bahwa ketika kulitku lembab, tone kulit akan terlihat lebih cerah ketimbang saat kusam. Berikut satu foto before-after memakai body lotion Scarlett di punggung tanganku.




Walo kesemua produk Scarlett Whitening ini ukurannya lumayan bulky tapi menurutku tetap mudah dibawa kemana-mana terlebih tutupnya aman. Untuk item body lotion, ada safety lock supaya botolnya nggak mudah kepencet. Selain itu, tutupnya juga bisa digeser lock dan unlock jadi double protection, nggak akan mudah tumpah walau dalam posisi direbahin.



In summary, aku bakal repurchase produk ini apa nggak setelah habis. Kayanya, sih nggak. Nggak salah lagi, hehe, karena aku masih penasaran dengan varian lainnya jadi mungkin akan coba di varian lain. Tapi sementara ini kombinasi varian yang aku tulis di atas itu udah cocok banget, udah bisa jadi kuncian bodycare andalan selama beberapa waktu ke depan sampai saatnya hunting produk lainnya.

Untuk memudahkan pencarian kalian, aku bakal tulis beberapa pilihan di mana kalian bisa order produk Scarlett Whitening yang asli. Walaupun harganya sudah terbilang affordable, jangan sampai tergiur dengan harga di bawah retail market, yah, karena aku sempat lihat di Youtube, ada review produk asli dan palsu. Yang pasti-pasti aja, deh, belinya di official market aja, toh harganya ga sultan banget, masih sangat terjangkau.

Kalian bisa beli produknya via:

Instagram, DM ke @scarlett_whitening
Shopee ID: Scarlett_Whitening
LINE, chat ke @scarlett_whitening (jangan lupa @ nya, ya) atau
WhatsApp ke nomor 087700163000

Seluruh produknya dibandrol masing-masing dengan harga 75.000 tetapi kalian bisa dapetin paket hemat untuk 5 item seharga 300.000 dengan packing box eksklusif dan ada tambahan free gift. Semoga info yang aku share di atas bermanfaat bagi kalian yang sedang mencari rangkaian bodycare yang worth to try and worth to buy, ya. Sekali lagi, reviewku ini tidak dibayar oleh pihak Scarlett.

Friday, October 30, 2020

Haircare Routine

Selama ini saya nggak pernah betul-betul peduli dengan yang namanya kesehatan rambut. Cuek banget, deh. Keramas seminggu sekali aja udah bagus banget. Sisiran? Aduh, jarang banget. Setelah keramas, rambut dibiarin kering alami, sesekali aja pake hairdryer, setelahnya hanya disisir pakai jari. Begitu udah kering, rambut diikat lagi dengan model gelung acak-acakan. Sad banget, lah kalau diingat-ingat. Keramas itu hanya semacam formalitas biar nggak dibilang jorok-jorok amat, hehe.. Hampir tiap hari saya ikat rambut lumayan ketat, sangat jarang dibiarkan tergerai bernafas lega.

Walaupun diterpa dengan permasalahan rambut rontok, saya nggak pernah bener-bener care nyari tau gimana cara untuk menanggulanginya. Sesekali baca review produk trus ikutan beli tapi berakhir ngerasa nggak cocok (padahal karena nggak telaten). Jadi, kesalahan bukan pada produknya, melainkan pada saya yang kurang mengeksplor produk-produk tersebut.

Tibalah pada suatu masa, di mana saya sudah mulai putus asa dan ingin memangkas rambut sependek mungkin tapi tiba-tiba aja dapat ilham untuk mencari info lebih gigih soal perawatan rambut karena kok rasanya sayang, ya kalau sampai harus bondol. Suami suka kalau rambut saya panjang soalnya. Kalo bondol, ntar lama lagi manjanginnya.

Saat itu saya udah berkomitmen untuk mengurangi jajan pakaian, aksesoris, printilan rumah, dan kosmetik, jadi Alhamdulillah ada dana lebih untuk jajan produk perawatan tubuh selain wajah. Seperti biasa, saya mencari review di Sociolla, Female Daily, Youtube dan social media lainnya dan akhirnya menemukan satu produk yang seems legit, banyak review positif dengan sedikit saja minus review. Bagi saya, minusnya hanya di harganya yang di atas rata-rata, karena sebelumnya nggak pernah terpikir bahwa saya akan kepincut dengan brand ini.

Produknya dari brand Kerastase, yaitu Stimuliste Spray Anti Hairloss Serum. Produk ini merupakan hair serum berbentuk spray dengan cara pemakaian disemprotkan di kulit kepala. Biasanya saya pakai setelah keramas saat rambut sudah hampir kering, disemprotkan di dekat dahi dan beberapa bagian (3-5 tempat) kulit kepala lainnya. Ada sensasi dingin saat produknya kena kulit kepala. Saya sudah pakai produk ini selama beberapa minggu. Kerontokan rambut masih ada tapi sudah lumayan berkurang dan yang bikin happy adalah saya notice banyak rambut baru yang tumbuh di tempat-tempat yang biasa saya semprotkan serum ini.

Kebiasaan saya, kalau udah ngerasa cocok dengan 1 merk, saya pasti akan ketagihan untuk eksplor produk lainnya. Memang, sih, harganya pricey tapi mengingat hasil yang didapatkan memuaskan, soal harga bisa ditolerir asalkan nggak mahal kebangetan dan selama saya punya rejeki yang halal untuk mendapatkannya. Ditambah lagi saya ngerasa berhasil mengerem nafsu belanja untuk kategori lainnya, jadi nggak merasa terlalu bersalah waktu splurge untuk kategori haircare ini.

Yes, akhirnya saya coba beli beberapa produk lainnya, yang pada akhirnya tidak saya sesali karena Alhamdulillah bekerja dengan sangat baik di rambut saya. Tadinya, tiap saya sisiran, pasti ada lumayan banyak rambut yang ikut berjatuhan. Jangankan saat disisir, saat sedang duduk santai aja, tau-tau ada helaian rambut yang jatuh. Aduh, udah nggak kehitung, deh berapa rambut yang lepas saat saya keramas, itulah kenapa saya sangat jarang keramas, takut mendapati rambut rontok yang banyak di lantai 😢.

Penting untuk dipahami sebelumnya, yang namanya haircare, skincare, bodycare itu pastinya cocok-cocokan, cocok di saya belum tentu cocok di kalian karena kondisi kulit kepala, batang rambut, ujung rambut, itu berbeda-beda. Tapi, selama saya tidak merasakan efek buruk, maka tidak ada salahnya saya share. Produk-produk yang saya pakai sebagai berikut, barangkali bisa teman-teman coba juga


Minyak Kemiri


Rasanya produk ini bagus hanya saja saya kurang telaten makenya, karena harus dipakai sebelum keramas sekitar 30-60 menit. Karena aromanya kurang bersahabat, saya nggak betah makenya tapi demi rambut sehat, harus dijabanin, deh, apalagi produk ini alami jadi nggak ada salahnya dicoba. Sebelum berlabuh pada Kerastase, saya rutin menggunakan produk ini setiap akan keramas dan yang terasa adalah rambut terlihat semakin hitam dan shiny, hanya saja rontok tidak berkurang. Setelah ini, rasanya saya masih akan menggunakannya, minimal sampai habis dan mungkin akan repurchase karena saya masih percaya bahwa produk alami seperti ini lebih berkhasiat hanya saja memang nggak bisa instan, harus super duper telaten. Produknya bisa dibeli di Shopee ID: haircarebylucyola dengan keyword Minyak kemiri 100% murni.

Shampoo
Kerastase Bain Prevention Anti Hairloss Shampoo

Tadinya saya maju mundur untuk membeli produk ini. Tapi karena tergiur dengan klaimnya, saya nekat untuk mencoba. Sebenarnya ada variasi ukuran yang lebih kecil untuk coba-coba dulu, tetapi saya takut kalau dapetnya yang palsu karena dari review yang saya baca, Kerastase ini banyak sekali palsunya. Kan serem, ya niatnya mau untung malah jadi buntung, jadi saya sarankan beli di official distributor/store, salah satunya yaitu Sociolla. Memang lagi nggak ada sale tapi ada promo potongan 35.000 dengan kode HAIROCT.

Hair conditioner
Azarine Cosmetics Hair Spa Aloe Vera


Produk ini adalah brand lokal dengan harga super murah, nggak nyampe 100 ribu untuk pot 500 gram. Sudahlah murah, sering sale pula di official storenya di Shopee (ID: azarinecosmetic) atau ada juga di Sociolla. Saya pakai ini udah hampir 2 bulan setiap keramas dan sisanya masih banyak banget padahal setiap pakai nggak pernah irit mengingat harganya yang super affordable. Wanginya enaaak walo agak strong tapi manis. Setelah dipakai, pijat-pijat kulit kepala dan diamkan sekitar 5 menit, boleh lebih tapi saya nggak betah lama-lama di kamar mandi. Di sela-sela menunggu produknya meresap, biasanya saya sambil sikat WC atau ngucek cucian, hehe.. Setelah dibilas, rambut rasanya lembut tapi yaudah lembut aja dan wangi tentunya, hanya saja wanginya kurang awet.


Hair conditioner
Kerastase Ciment Thermique Serum Very Damaged Hair


Rambut saya terbilang virgin, nggak pernah dimacem-macemin, bahkan selama hampir 35 tahun ini dicatok manual pun nggak pernah. Pake hairdryer juga bisa sebulan sekali, wkwk. Segitu nggak pedulinya, rambut sangat jarang ditata. Karena ngerasa ada perbaikan dengan kondisi rambut, saya jajan catokan rambut, dong, yang murah meriah aja. Saat saya mencari tutorial mencatok rambut, banyak yang mention produk ini untuk diaplikasikan ke rambut guna melindungi rambut dari suhu alat pencatok rambut. Okay, I’m sold, brb add to cart di Sociolla, masih dengan menggunakan promo HAIROCT. Btw, saya jajannya satu-persatu, nggak sekaligus, sambil menyesuaikan budget tentunya. Selain itu juga kalau langsung beli 2 produk, kode promonya tetap hanya maksimal 35.000 per transaksi, jadi mending dipecah tiap beli 1 produk, pake 1 voucher karena bisa dipakai berkali-kali.

Pemakaiannya sangat hemat, hanya sebiji jagung untuk 1 bagian rambut. Saya biasanya bagi rambut jadi 2 bagian saja. Hemat banget, kan. Saya nggak pernah catok rambut sebelumnya, jadi nggak tau apakah setelah catok, rambut akan terlihat shiny, tapi yang saya lihat, ada efek shiny di rambut setelah selesai dicatok. Aromanya juga segeeer.

Hair serum
Kerastase Stimuliste Spray Anti Hairloss Serum


Udah saya jelasin di atas, ya, produk inilah yang membuat saya pada akhirnya melirik brand Kerastase.

Hair oil
Kerastase Chronologiste Perfume Huile

Di antara semua yang saya beli, produk ini yang paling mahal, tapi (katanya) manfaatnya sebenernya nggak seberapa. Jadi, saya beli ini karena lihat review salah satu beauty vlogger, Stefany Talita yang bilang bahwa aromanya eksklusif banget, serasa habis treatment di salon mahal. Dan ya, saya setuju 100% dengan doi, emang aromanya tuh terkesan mahal, aduh pokoknya bikin happy, deh makenya. Aromanya soft, tercium samar-samar saat rambut dikibas dan bikin seneng mengendus-endus rambut, hehe. Saya pakai ini saat rambut selesai dicatok, hanya di batang rambut sampai ujungnya saja, bikin catokan lebih awet dibanding kalau nggak dipake. Sebaiknya hindari sampai ke kulit kepala karena berpotensi bikin rambut jadi lepek.
Banyak brand lain yang juga ngeluarin hair oil dengan fungsi yang sama dengan harga yang lebih murah, misalnya Loreal yang mana ini satu lini dengan Kerastase, versi yang lebih murah. Jadi, hair oil yang ini bisa di-skip aja, cari versi yang lebih affordable, ya. Baik produk ini maupun brand Loreal juga tersedia di Sociolla.

Hair night serum
Kerastase 8H Magic Night Serum

Nah, ini juga pembelian yang sebenarnya nggak sepenting itu, tapi karena lihat review oleh another beauty vlogger favorit saya, yaitu Bellinda di Youtube, lagi-lagi saya terpengaruh. Budget yang tadinya buat beli baju baru, saya alihkan ke produk ini dan pada akhirnya nggak bikin nyesel. Produknya dipakai saat malam hari sebelum tidur, setelah itu rambut saya bungkus dengan inner ciput yang loose, hanya supaya rambutnya nggak kemana-mana. Efeknya bisa terlihat di keesokan harinya, rambut jadi badaaaiii, nggak kaya habis bangun tidur. Belinya juga di Sociolla.

Semua produk di atas nggak saya beli dalam satu waktu melainkan bertahap, ya. Saat ada rejeki, saya tambah satu-persatu dan rasanya untuk saat ini sudah cukup dulu, takutnya kalau terlalu banyak yang dipakai malah akan menghilangkan fungsi satu sama lain. Yang jelas, semua review saya di atas adalah review jujur, bukan karena ini produknya mahal lantas akan bagus banget, tapi memang di saya yang sudah lelah mencari ini, pada akhirnya berlabuh pada produk tersebut yang kebetulan sangat cocok di saya. Udah nggak terhitung berapa produk yang saya coba, dari yang murah sampai yang mahal, dari yang numbuk sendiri di rumah pake cobekan sampai beli dari etalase supermarket yang terbilang mahal. Ketika banyak yang bilang Young Living Essential Oil bagus, aku ikutan beli juga tapi setelah dicoba, ternyata kurang ngefek, hiks. Intinya, saya happy pada akhirnya bisa menemukan rangkaian haircare yang membuat rambut saya membaik.

Oh, ya, tambahan informasi dari yang saya rangkum dari berbagai sumber, selain menggunakan produk yang tepat, beberapa hal di bawah ini juga penting untuk dilakukan:

❤ Karena kondisi rambut setiap orang berbeda-beda, gunakan shampoo yang tepat. Kenali dulu jenis rambut kalian, apakah kering atau berminyak. Ada beberapa salon yang bisa membantu kita mendeteksi kondisi kulit kepala tapi kalau saya pribadi hanya mengandalkan review yang tersebar di social media saja :D

❤ Seberapa sering kita harus keramas juga menyesuaikan kondisi rambut, normalnya sekitar 2-3 hari sekali. Tapi kalau memang tiap hari harus keramas dan setelahnya baik-baik saja, go on.

❤ Setelah keramas, hindari menggosok rambut dengan handuk. Cukup dengan dibungkus sebentar lalu hindari pula menyisir rambut saat basah. Saat rambut masih basah, kondisinya lebih rentan rontok.

❤ Gunakan produk pelindung rambut apabila ingin dikeringkan dengan hairdryer dan dicatok. Untuk mencatok, tunggu sampai rambut kering, karena mencatok rambut saat basah lebih berpotensi merusak helaian rambut.

❤ Keramas dengan air dingin.

❤ Jangan mengikat rambut terlalu kuat.

❤ Rutin gunakan hair mask dan hair oil sesuai dengan kondisi rambut masing-masing.

Tidak ada foto before-after, ya, karena saya berkerudung, hehe.. Di antara produk yang saya jabarkan di atas, produk yang paling recommended untuk kalian coba adalah minyak kemiriCiment Thermique Serum Very Damaged Hair, dan Stimuliste Spray Anti Hairloss Serum. Rekomendasi berikutnya, yaitu 8H Magic Night Serum. Untuk hair spa dan hair oil masih banyak brand lain yang nggak kalah OK, tapi memang harus dicoba dulu untuk tahu cocok atau nggaknya. Perbanyaklah mencari review dari user lain yang kondisi rambutnya mirip dengan kalian supaya meminimalisir ketidakcocokan nantinya walaupun kemungkinan itu pasti ada.

Thursday, October 15, 2020

Uneg-uneg

Seperti hari-hari lainnya, pukul 5 sore, saya mengajak anak-anak keluar rumah untuk sekedar jalan sore menikmati udara segar di komplek sambil menggenapkan langkah menjadi 5.000 atau sesekali bersepeda untuk menggerakkan otot-otot kami yang kebanyakan dipakai untuk duduk atau rebahan saja di rumah.

Sebelum berangkat, saya sempatkan buka Instagram dan melihat status IG Story teman-teman terlebih dahulu. Story yang pertama muncul adalah milik @bubu_ninid yang bercerita tentang perjuangan Bubu dan keluarga menghadapi ujian sakitnya Papanya Bubu 3 tahun yang lalu. Saat itu saya, Bubu, serta beberapa teman lainnya masih cukup sering bertemu, entah di event khusus atau hanya sekedar meet-up. Kami dekat karena kesukaan kami terhadap salah satu brand fashion muslimah, yang pada awalnya kompak membahas soal fashion tapi pada akhirnya malah lebih banyak membahas parenting, wisata kuliner, skincare, apapun lah itu yang lazim menjadi bahan pembicaraan wanita, termasuk bergunjing sesekali, hehe..

Bubu yang saya kenal dulu sangat fashionable, selalu matching from head to toe, OOTD-nya inspiratif, you name it. Dalam waktu singkat, bubu menjelma menjadi salah satu idola saya walau tidak semua fashionnya sesuai selera saya tapi kalau Bubu yang pakai, rasanya semua terlihat menarik.

Sampai 3 tahun yang lalu, Bubu mulai jarang ikut ngumpul. Bukan menarik diri karena jenuh dengan pertemanan kami, tetapi qadarullah ternyata Papanya Bubu sedang sakit. Karena keterbatasan yang ada, saya belum sempat menengok kondisi Bubu saat itu tapi kami tetap keep contact sesekali. Yang saya tau kemudian, penampilan Bubu berubah menjadi jauh lebih tertutup, itupun hanya saya amati lewat sosmed.

Saat itu saya sedang hamil Yayanna dengan usia kandungan masih beberapa minggu dan mengalami hyper-emesis berat sampai-sampai harus bedrest 3 bulan dari kantor karena tidak sanggup beraktivitas normal. Sebagian besar waktu saya habiskan dengan berbaring di pinggir kasur di mana ada ember kecil di samping kepala saya untuk membuang liur yang memenuhi mulut. Liur ini nggak boleh tertelan, karena akan mengakibatkan saya muntah hebat. Sudahlah makan hanya bisa sedikit, masa harus ditambah muntah juga, kan. Syukurlah waktu itu ART saya sangat helpful sehingga bisa menemani Azka bermain. Sedih sebenarnya ketika Azka mengatakan bahwa dia senang bubunnya tidak kerja tetapi pada kenyataannya bubunnya hanya bisa terbaring lemah tidak bisa menemaninya bermain.

Saat itu saya nonaktif dari semua sosmed selama hampir 6 bulan, tidak mengunggah satupun aktivitas yang sebelumnya biasanya selalu saya share ke sosmed. Bagaimana mungkin, kan, saya si pecandu sosmed, tiba-tiba menjadi mual setiap kali membayangkan isi sosmed. Yang tidak kalah lucu, saya menjadi mual setiap melihat produk dari brand favorit saya sampai-sampai ketika beberapa sahabat saya ingin berkunjung ke rumah, saya berpesan agar mereka tidak memakai merk itu. Hanya mereka yang tau kisah ini dan sekarang kalian juga tau. Kalau sekarang, sih sudah suka lagi, hehe.. Betapa hati manusia itu sangat mudah dibolak-balikkan.

Saat itu saya banyak merenung, apa salah dan dosa saya sehingga saya mengalami kehamilan yang membuat saya payah luar biasa. Saya terus-terusan meminta maaf pada orangtua untuk segala kesalahan saya pada mereka dengan harapan bahwa badai mual ini bisa segera mereda. Hyper-emesis ini membuat berat badan saya justru berkurang selama hamil trimester pertama.

Sesekali saya masih buka instagram dan yang muncul di page teratas mostly berupa tausiyah. Pernah ada masanya di mana setiap kali saya membaca tausiyah, hati ini tidak bergetar, malah cenderung mengabaikan. Saat itu saya merasa cukup dengan menjaga sholat wajib 5 waktu, puasa, dan zakat tanpa mengindahkan kekuatan ibadah sunnah. Betapa banyak waktu luang yang sudah saya abaikan sebelumnya.

Saat tergeletak tak berdaya dengan hyper-emesis itu, saya kuatkan diri untuk menambah amalan ibadah sunnah semampu saya. Tak perlu disebutkan, ya, saya malu, karena itupun hanya sedikit, hehe..

Kondisi hyper-emesis saya mulai membaik di bulan kesembilan. Saya sudah tidak perlu bawa gelas buat menampung air liur kemana-mana dan yang terpenting sudah mulai bisa makan enak lagi. Saat cuti hamil, sesekali saya jalan-jalan berdua dengan Azka untuk sekedar bertemu dengan teman-teman yang sudah berbulan-bulan tidak pernah saya lihat. Saya sudah mulai lupa lagi akan tausiyah-tausiyah itu padahal tubuh sudah jauh lebih sehat. Manusia memang sering lupa akan janjinya di kala sedang tak kekurangan apapun.

Saat Yayanna lahir di bulan Februari sampai awal Juni, kehidupan berjalan normal, hanya sedikit dramatis karena menyusui anak kedua tidak semudah anak pertama dulu. Saat itu saya kembali melihat runutan cerita dari @bubu_ninid mengenai perjuangannya untuk kesembuhan Papa-nya sebelumnya. Qadarullah Papa Bubu sudah tiada pada saat itu. Sebelumnya, selain mencari pengobatan medis terbaik, Bubu juga lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu sebagai anak yang berbakti pada orangtua, karena dengan doa dari anak yang sholeh/sholehah insyaAllah akan diijabah oleh Allah SWT. Intinya, Bubu yang sekarang sudah berubah jauh lebih baik lagi.

Dari situ hati saya tergerak dan menjadi berfikir, "Kok selama ini saya rasanya seperti jalan di tempat aja, ya?" Saya mulai mengikuti apa yang Bubu lakukan, dimulai dari yang saya sanggup lakukan, yaitu lebih menjaga aurat, memanjangkan jilbab dan mengganti celana kebangsaan dengan rok atau dress untuk keseharian. Bisa ditebak, pro dan kontra pasti ada. Pro saya dapatkan dari sahabat-sahabat sholehah yang lebih dulu berpakaian tertutup sementara kontra hanya sedikit saya dapatkan terutama dari mereka yang menganggap saya sudah tidak asik lagi, sudah emak-emak banget, persis seperti yang dulu saya takutkan, tapi ternyata pada kenyataannya saya bisa mengabaikan itu semua. Sumber semangat terbesar saya dapatkan dari suami yang ternyata lebih menyukai penampilan baru saya yang katanya lebih feminin ketimbang style jadul dengan chino pants yang memperlihatkan separuh betis saat sedang duduk karena terangkat. Duh.

Dengan mengubah gaya berpakaian, tidak serta-merta saya jadi orang baik. Tidak. Tapi paling tidak, saya berusaha lebih baik dari diri saya di hari kemarin. Saya hanya berkompetisi dengan diri saya sendiri. Sampai saat ini, dalam hal berpakaian, sudah tidak ada niatan untuk kembali pada style yang dulu, karena setelah dijalani, saya sudah merasa sangat nyaman.

Hal berikutnya yang mengganggu pikiran saya adalah mengenai koleksi. Seringkali saya mendapatkan pencerahan mengenai barang koleksi nyatanya bukanlah merupakan harta sesungguhnya melainkan hanya pemberat kita saat hisab nanti. Kegemaran saya belanja dulu sudah sampai pada level membuat suami saya geleng-geleng kepala. Saya merasa mampu membeli barang dengan penghasilan sendiri sehingga mengabaikan saran suami untuk tidak mengeluarkan uang semudah itu hanya demi fashion. Saya dan suami sangat bertolak belakang sekali untuk urusan fashion. Sedari saya menikah dengannya hingga hampir 8 tahun ini, tumpukan pakaiannya bahkan tidak sampai 1/10 dari koleksi saya. Sekarang, saya justru iri pada suami yang bangga hanya punya sedikit pakaian dan sering memakai pakaian yang sama sampai berulang kali, beda dengan saya yang sering memakai baju hanya 1-2 kali lalu merasa bosan dan ingin mengganti dengan baju lain lagi.

Pelan-pelan saya tinggalkan kebiasaan mengoleksi barang. Selayaknya wanita, keinginan untuk shopping masih sangat besar, hanya saja saya biasakan setiap ada barang yang masuk, sebelumnya harus ada yang keluar, entah itu saya bagi-bagikan pada keluarga, teman atau saya jual. Tidak cukup hanya dengan 1 in 1 out, kalau perlu untuk 1 baju yang akan masuk, saya mengeluarkan 2-3 baju lainnya supaya lama-kelamaan isi lemari semakin menyusut.

Apalagi sejak pandemi di awal tahun lalu, saat saya sedang cuti kerja 1 tahun dan menjadi full IRT, praktis saya hampir tidak kemana-mana, jadilah barang-barang yang bertumpuk itu ketahuan tidak banyak manfaatnya karena pakaian yang saya kenakan hanya itu-itu saja. Ditambah lagi di pertengahan 2020 ini, saya pindahan kembali dari Balikpapan ke Jakarta, makin terasa ternyata saya punya begitu banyak barang yang hanya sekedar lucu tapi tidak terlalu penting. Pada akhirnya, sekarang setiap weekend saya selalu luangkan waktu untuk mengumpulkan barang-barang yang sekiranya tidak akan terpakai, untuk saya keluarkan dari tempat penyimpanannya. Target saya, 1 lemari 3 pintu ukuran standar yang ada di kamar saya ini harus cukup menampung semua pakaian saya termasuk mukena, handuk, seprei, dan lain-lain. Itu sendiri pun sudah banyak, bukan?

Saat mengumpulkan barang-barang untuk kemudian saya lepaskan, tidak hanya sekali-dua kali saya merasa sayang. Sayang kalau nanti tiba-tiba kepengen, belum tentu nanti bisa dapat dengan harga yang murah lagi, dsb tapi pada akhirnya ketakutan saya akan hisab selalu bisa memenangkan pertarungan batin. Saya pernah baca di IG Story salah satu teman kantor, apabila kita merasa sayang akan suatu barang tapi saat ini belum kita perlukan, lepaskan saja. Suatu saat apabila kita membutuhkannya, mudah-mudahan Allah SWT mampukan kita untuk memilikinya kembali.

Perlahan-lahan tas, sepatu, kosmetik, serta printilan rumah lainnya saya kurangi dan itu rasanya legaaa banget ketika tahu bahwa rak tas yang tadinya 1 itu ga cukup, sekarang sudah lowong, hanya terisi barang-barang yang memang masih terpakai. Gantungan dan lipatan baju di lemari juga sedikit demi sedikit berkurang walau sesekali masih ada anggota baru yang masuk. Isi gudang di rumah juga berkurang. Banyak sekali barang yang sudah tersimpan berbulan-bulan atau bertahun-tahun ternyata tidak terpakai. Dulu disimpan hanya karena merasa sayang.

Saya sering baca hal ini, “Mulailah dari hal yang kecil untuk mengubah hal yang besar”. Mudah-mudahan setiap hal kecil yang kita lakukan asalkan itu mengarah pada kebaikan, suatu saat mengundang hal baik lainnya yang lebih besar untuk terjadi di hidup kita.

Beberapa minggu yang lalu Azka menghadapi Penilaian Tengah Semester Pendidikan Agama Islam kelas 1 dan salah satu materinya adalah mengenai tujuan manusia hidup di dunia ini. Saat itu Azka bisa menjawb dengan benar, yaitu untuk beribadah pada Allah SWT. Sambil mengawasi Azka PTS, saya termenung, betapa selama ini saya seringkali lalai padahal sejak kelas 1 SD saya sudah diajarkan tentang hal itu.

Bismillah, tidak ada kata terlambat, yuk kita mulai lagi :)

Friday, July 17, 2020

My Instagram Journey

Aku tergelitik untuk membuat postingan ini setelah ada salah satu user yang DM menanyakan kiat menjadi selebgram. Tentang sebutan selebgram, setidaknya itulah pandangannya mengenai akun instagramku.

Pertama, aku luruskan dulu, aku ga pernah mengklaim diriku dengan sebutan selebgram. Sewaktu awal join instagram, motivasiku adalah supaya punya mini album untuk mengabadikan momen-momen dalam keseharianku yang saat itu baru punya bayi, yaitu Azka, anakku yang pertama.

Back to the end of 2013, aku "nyasar" ke instagram saat sedang mencari pakaian bayi secara online. Later on, pelan-pelan aku mulai aktif posting. Puncaknya, saat aku melihat salah satu brand fashion muslimah, aku tertarik untuk nyobain produknya yang walaupun sebenarnya terbilang mahal tapi entah kenapa daya tariknya luar biasa. Itupun pada akhirnya aku perdana nyobain setelah lihat langsung produknya di Muse - FX, tapi belinya di Z*alora karena di sana yang lagi sale.

Lambat laun, aku mulai ketagihan belanja brand tersebut dan mulai memberanikan diri untuk upload saat memakai produknya, yang kita sebut dengan OOTD alias #outfitoftheday. Padahal, yah, aslinya, dulu aku tuh kaku banget kaya kanebo kering kalau disuruh pose di depan kamera. It was one of my biggest fear, to be on frame, aselik bisa keringet dingin, intinya sangat amat ga fotogenik, lah (padahal sebenernya karena saat itu belum tau banyak aplikasi edit foto, jadi ya fotonya standar semua, hihi). Dari hashtag khusus untuk brand tersebut, aku mulai dapat kenalan baru dengan saling memberi like ataupun komentar.

Followersku berkembang secara organik seiring dengan semakin seringnya aku upload foto OOTD. Walaupun pernah dituduh beli likes ataupun followers, aku ga mempermasalahkan. Apapun yang kita sajikan di media sosial pastinya akan ada pro dan kontranya, tinggal bagaimana kita bisa bijak menyikapinya.

Sampai pada suatu waktu, saat itu followersku berjumlah 1000 sekian, ada salah satu online shop kerajinan tangan yang menawariku endorsement. Saat itu aku sama sekali buta mengenai hal itu. Lalu adminnya menjelaskan bahwa mereka akan mengirim salah satu produk mereka. Aku diperbolehkan memilih, yang saat itu aku ambil kotak tisu berbahan kayu yang sampai saat ini masih menghiasi rak bukuku :)

Saat aku posting hasil fotonya, ternyata admin olshop itu merespon dengan sangat baik. MasyaAllah, dapat compliment segitu baiknya bikin aku terharu luar biasa, karena aku merasa diriku bermanfaat paling tidak untuk olshop tersebut.

Long story short, beberapa online shop mulai berdatangan menawariku untuk mengiklankan produk mereka. Honestly speaking, setiap aku mendapat tawaran itu, rasanya bahagia karena berarti mereka percaya aku bisa membantu penjualan produk mereka. Senang juga karena punya baju baru lagi, termasuk ibu dan adikku yang seukuran denganku juga ikut senang, karena biasanya kalo lemariku udah kepenuhan, sebagian besar aku alihkan ke mereka, hihi.. Aku masih berusaha memegang prinsip, punya barang seperlunya aja.

Sayangnya, karena keterbatasan waktuku untuk foto karena sehari-hari aku bekerja, aku nggak bisa ambil semua tawaran tersebut. Akhirnya aku hanya ambil beberapa yang memang sangat sesuai dengan keseharianku. Selain karena aku nggak mau asal review, aku juga pengen punya style khusus yang mudah diingat. Kalau kalian lihat, seleraku biasanya begitu-begitu aja, hanya beda di warna atau motif.

Kalau ada yang komentar, "Enak banget, mba, bisa dapat produk gratis apalagi nggak harus rebutan." MasyaAllah, memang iya, pasti senang dapat baju cantik apalagi kalau memang sudah diincar sejak teasernya muncul. Tapi, sejujurnya, untuk menyajikan foto yang menurutku terbaik, butuh effort yang luar biasa :)

Begitu baju datang, harus dicuci atau minimal disetrika dulu sampai rapi, jangan sampai kusut karena bisa mengurangi cantiknya foto. Setelah itu, kalo bajunya udah cantik, kan kebanting kalo yang make nggak "dandan", setidaknya supaya wajah terlihat lebih segar walaupun hanya sebatas pensil alis dan lipstik. Karena aku bukan Citra Kirana, jadi aku harus dandan, hehe.. Berikutnya, cari background yang rapi, kalau bisa nggak monoton. Dulu, saat belum ada pandemi seperti ini, aku sering keluar rumah cari spot foto yang menarik. Tapi semenjak pandemi, aku hanya foto di rumah memanfaatkan layer kain dan properti dedaunan yang lagi hits seperti biasa dipakai untuk katalog online shop. Terlihat niat memang, tetapi aku hanya berusaha semaksimal mungkin membuat fotonya menarik sesuai seleraku, sebagai balas jasa kepada online shop yang udah ngasih aku baju cantik. Selain itu, aku juga suka cari spot foto di seputaran komplek, seringnya di area pepohonan, tentunya yang aman dari pandangan tetangga, karena sampai saat ini pun aku masih suka malu kalo foto-foto dilihat orang, hehe. Waktu aku tinggal di tepi pantai, area pantai jadi spot foto favoritku. Terlepas dari apapun backgroudnya, yang penting detail baju bisa terlihat karena itulah yang harus kalian tunjukkan. Untuk 1 outfit, aku pernah rekor foto sampai ratusan, sampai dapat yang sesuai selera, hehe..

Nah, untuk waktu foto ini, aku biasanya hanya bisa foto saat weekend, itupun ketika anak-anak bisa dikondisikan. Pernah, aku udah dandan dan siap untuk foto, eh anakku tantrum, kalo udah gitu ya mesti ngalah, fotonya aja yang diundur.

Balik lagi soal endorsement, menjawab pertanyaan yang seriiing banget masuk, apakah aku dibayar atau nggak. Jawabannya, mostly nggak, apalagi kalau itu brand milik teman-temanku. Seiring dengan waktu, tujuanku aktif di instagram bertambah, sebisa mungkin ingin support #localbrand karena so far aku belum punya talenta lain, hehe.. Apakah itu produknya dikasih ke aku atau aku beli sendiri akan aku review, istilahnya #guebeliguereview. Kalaupun aku dibayar untuk review, beberapa kali karena memang dari pihak olshop menawarkan fee yang pada akhirnya aku jawab karena memang aku punya template dan bayarannya pun biasanya aku pakai untuk traktir siapa yang lagi motoin aku. Instagram memang sangat berjasa membuatku memiliki banyak teman seperti saat ini walaupun sebagian besar ada di dunia maya. Tapi, untuk saat ini, aku masih menganggap OOTD sebatas hobi, karena aku bahagia kalau dari reviewku, teman-teman bisa ikut nyobain produk yang aku rekomendasikan apalagi kalau memang ternyata disukai.

Jadi, kembali ke paragraf pertama, aku ga menganggap diriku selebgram. Makasih banget untuk teman-teman yang masih setia menjadi followerku dan mohon maaf kalau aku nggak follow back semuanya, karena kalau memang pagenya aku suka, otomatis akan aku follow, nggak perlu mengirim pesan seperti "Followback dong, kak". Jangan, yah, hehe..

Satu lagi, apa yang ditampilkan orang di instagramnya atau sosial medianya masing-masing adalah apa yang orang itu ijinkan kalian melihatnya. Di balik postingan bahagia yang ditampilkan, pasti ada problematikanya masing-masing yang ga mereka tunjukkan. Jadi, setiap melihat postingan orang lain yang indah-indah, jangan lupa untuk kembali menelaah nikmat apa yang udah kita dapatkan lalu mensyukurinya, ya, teman-teman. Kita nggak tau masalah apa yang
sedang mereka hadapi di baliknya.

Friday, May 17, 2019

Secukupnya saja

Semua barang kita akan dihisab nantinya.

Bagaimana cara memperolehnya.. Digunakan untuk apa saja.. dll


Karena sering banget baca barisan kalimat ini, berasa dicambuk, saya jadi rutin beberes isi rumah. Selain emang karena takut akan kisah soal hisab ini, saya emang demeeen banget menata ruangan dan ngeliat barang-barang di rumah berada pada tempatnya masing-masing. Nah, barang-barang apa saja yang sekiranya udah nggak begitu kepakai, saya pisahkan untuk sebagian diberikan ke orang-orang yang mau atau yang lebih membutuhkan dan sebagian lagi yang masih bernilai jual, terutama pakaian, saya coba jual lagi.


Sebenarnya dari kecil saya ga begitu suka ngumpulin barang, karena emang saya berasal dari keluarga yang secukupnya saja. Walau keinginan banyak, tapi apalah daya, dana terbatas jadi ya memang harus hidup dengan seperlunya saja. Saya ga punya koleksi mainan yang banyak apalagi boneka. Bahkan, jaman SD dulu, lupa saat kelas berapa, tapi kira-kira seumuran kelas 4 SD, saya pernah cuma punya 2 baju jalan, bukan karena orang tua saya nggak mau beliin, tapi karena walaupun dibeliin, tapi ujung-ujungnya baju yang saya pakai cuma di antara kaos putih turtle neck dan kaos hijau gambar tweety, itu aja terus ganti-gantian. Saya baru punya barang cukup banyak itu semenjak udah punya penghasilan sendiri.


Sejak setengah tahun lalu mungkin kegiatan “bebersih” rumah ini saya jalani. Tentunya banyak banget godaannya, terutama seperti “Duh, sayang sebenernya mau dikasihin ke orang, takut suatu saat butuh, deh”. Tapi, later on, setelah 6 bulan berlalu, ternyata barang itu ya tetap aja ada di situ, ga terpakai sama sekali. Nah, kalo udah begitu, emang udah saatnya we let them go. Barang itu akan bermanfaat kalau dipakai, bukan hanya disimpan. Efek dari “bebersih” ini somehow bikin saya jadi ngerem-ngerem saban mau belanja barang-barang lucu, karena keinget tumpukan barang di rumah yang belum selesai dibenahi. Dengan ga belanja aja, tiap minggu tetep adaaa aja barang yang akhirnya dipisahkan karena ga terpakai. Karena beda waktu beberes, beda pula keputusannnya akan suatu barang. Jadi, baiknya beberes ketika abis kajian, wkwkw.. Belanja mah tetep jalan, namapun wanita, tapi sekarang sepertinya udah lebih “waras”, karena ketika saya bilang soal resolusi ini, suami yang udah jauh lebih dulu hidup minimalis meng-Amin-kan dan siap jadi pengingat saban istrinya mulai kalap lagi, hehe..

Nah, dalam rangka menggalakkan hidup yang lebih minimalis, langkah-langkah yang saya ambil, yaitu:

-Tentukan pos-pos pengeluaran sehari-hari termasuk untuk jajan dan usahakan jangan melebihi anggaran tersebut.

-Kalau misal sekiranya hampir ga kuat pengen nambah belanja, terutama baju dan aksesoris, keluarin dulu beberapa item yang ada sebelumnya baru boleh nambah lagi, jadi lemari jangan sampai penuh sesak.

-Salah satu kebiasaan saya, ada catatan untuk semua “koleksi”, mulai dari pakaian, tas, sepatu, sampai make-up dan skincare. Semua saya catat cukup detail, termasuk kapan belinya dan kapan mulai dipake untuk skincare dan make-up. Dengan catatan ini, saya juga jadi bisa tau untuk 1 produk make-up atau skincare bisa saya habiskan persisnya berapa lama. Dan ketika tergiur akan sesuatu, misal tiba-tiba ada diskon untuk eyeliner, padahal saya baru aja beli, saya ga lantas beli banyak dengan alasan, duh mumpung diskon, kapan lagi coba. Kalo emang butuh, pasti nanti nemu lagi, kok atau ya bolehlah beli satu aja mengingat eyeliner katanya masa pemakaiannya hanya 3-6 bulan. Sama halnya misal lagi jalan ke mall, padahal niatnya cuma mau beli popok, tiba-tiba ada hal lain yang menggiurkan, jadi mampir sana-sini, nah hindari hal-hal seperti itu. Jadi, harus fokus dan tetap tenang melenggang melewati stand-stand itu, hehe..

-Menahan diri untuk nggak tergoda akan trend. Kalau udah punya style tersendiri, biasanya ga akan mudah digoyahkan oleh apa yang lagi nge-trend saat itu. Misal, kayanya lagi happening banget tas rotan tapi dipikir lagi, buat orang kantoran kaya aku, mau dipake ke mana juga. Hopefully it will end up dengan “ yaudah gausa aja, deh, ga butuh-butuh amat”.

-Jangan terlalu peduliin apa kata orang. Jangan gampang “keracun” dengan opini orang. You know what’s the best for you, yang penting diri sendiri nyaman. Kalau emang mau minta pendapat orang soal penampilan, semisal punya pasangan, maka pasangan kita lah yang paling berhak menilai.

-Untuk pakaian, saya punya satu brand favorit yang sejak 6 tahun sampai saat ini masih saya gemari. Dulu, setiap brand ini launching, saya hampir pasti akan selalu beli minimal 1 item per koleksi, yang mana ujung-ujungnya berakhir dengan kalap belanja bisa sampai 3-6 item per koleksi. Pada akhirnya, biasanya hanya 1-2 dari belanjaan itu yang saya keep karena emang saya suka banget, sementara sisanya kadang saya kasih adik, tapi seringnya, sih saya jual lagi karena sebenernya belinya karena latah liat dipakai sama temen-temen yang lain kok ya bagus. Malah ada juga yang dari pertama kali beli sampai 2 tahun kemudian belum terpakai juga. Lagipula memang brand ini punya daya jual yang masih OK walaupun statusnya udah preloved. Setelah saya pikir-pikir, saya harus bisa memutus siklus ini dan commit untuk hanya membeli yang benar-benar akan kepake aja. Caranya gimana? Kalau saya pribadi, ga begitu mantengin social media karena banyak racun yang berasal dari sana. Dulu waktu hamil, sempet 3 bulan bedrest dan totally ga buka sosmed, saya ga kalap kepengen ini-itu. Jadi, sekarang saya mulai membatasi diri bersosmed. Waktu bersosmed saya biasanya di saat perjalanan ke kantor (karena Raya yang saya bawa ke daycare seringnya tidur. Tapi kalau Raya bangun, saya simpan HPnya), di jam istirahat kantor kalau lagi nggak ada acara maksitik alias maksi cantik sama para sahabat, curi-curi di jam kantor (ups!) dan menjelang tidur malam ketika anak-anak udah tidur dan ini biasanya maksimal 2 jam karena saya ga kuat begadang.

-Sering-seringlah merasa cukup dengan banyak bersyukur. Ini yang susah, karena seringkali kita kurang bersyukur atas apa yang udah didapat, masih ingin lagi dan lagi, sementara Allah SWT sendiri menyukai hamba-hambaNya yang pandai bersyukur, hiks..

-Bergaullah dengan teman-teman yang misinya adalah untuk saling membaikkan satu sama lain. Kata ummu Sajjad, menjadi sholeh sendiri itu biasa karena memang sudah seharusnya begitu, tapi membuat orang-orang di sekitar kita ikut sholeh, itu yang luar biasa.

Ga cuma soal outfit, semisal kita liat ada barang yang nganggur di rumah, yuk kita pilih-pilih lagi, mana aja yang sekiranya jarang dipakai, kita sisihkan untuk orang lain yang lebih membutuhkan.  Mengutip perkataan seorang ustadzah siang ini dan saya modif dikit, barangkali barang sisihan kita itu akan menjadi barang terbaik di lemari orang lain. Hal ini pernah terjadi pada saya. Saat lagi beberes gudang, saya nemuin kumpulan bola-bola yang dulu pernah dipakai Azka untuk mandi bola dalam kondisi berdebu tapi masih layak pakai. Karena lagi ribet, saya ga bersihin, jadi kondisinya masih kotor. Saya kontak tukang loak langganan komplek dan nawarin bola-bola itu dan ga diduga responnya bikin pengen nangis sesenggukan. Ternyata cucu beliau udah lama banget minta bola-bola seperti itu tapi si kakek belum pernah ngasih karena belum ada rejeki lebih. Dan tenyata katanya rejekinya dari Azka, masyaAllah, bayangin coba bola-bola kotor itu ternyata adalah jawaban dari harapan si cucu, huaaa pen mewek.


Last but not least, yang paling penting dari semuanya adalah istiqomah. Memulai itu jauh lebih mudah daripada mempertahankan tapi kalau nggak dicoba, kita nggak akan tau kita mampu atau nggak. Jadi, mari kita semangat berbenah diri dan barang-barang juga supaya ketika waktunya kita dihisab nanti nggak makan waktu lamaaa dan panjaaang :)