Tuesday, June 19, 2012

Andaikan rasa aman bisa dibeli...

Dari kecil, karena orangtua saya sangat suka mengkonsumsi berita dan waktu itu hanya ada 1 TV di rumah, jadilah para anak ngalah, kalo mau ikutan nonton, ya mau ga mau ikutan nonton berita. Sabar nunggu berita abis, baru deh abis itu rebutan remote antar anak, siapa yang sigap bisa ngeganti channel dengan tayangan favorit masing-masing.

Tapi, karena udah jadi kebiasaan, dari kecil udah haus akan berita. Saya juga lebih suka baca koran atau majalah orangtua (waktu itu orangtua saya berlangganan majalah  Fakta) daripada majalah remaja saat itu. Ya tetep suka juga sih baca majalah, tapi lebih suka baca koran. Intinya, melek berita. Pada saat ada tagline berita berjudul 'Seorang kakek tua menggenjot anak di bawah umur', teman-teman saya taunya kakek itu lagi naik sepeda, tapi saya udah tau kalo arti kata menggenjot itu adalah melakukan perbuatan asusila *eh, ini sih, artinya menjadi dewasa lebih cepat, ya, hehehe*. Sampai kuliah juga masih begitu, tapi udah mulai imbang lah dengan berita-berita macam gosip selebriti, cerita-cerita di forum, dll.

Begitu udah kerja, udah jarang nonton *karena setahun pertama emang belum punya TV* dan konsumsi berita sebagian besar dari internet. Itu juga udah mulai bergeser dengan hobi blogwalking dan tentunya online shop yang menjamur di mana-mana.

Entah mulai sejak kapan pastinya, saya jadi meninggalkan rutinitas nonton berita sebelum berangkat ke kantor dan setelah pulang kantor. Praktis, TV di kosan cuma jadi pajangan aja, hampir ga pernah dinyalain. Konsumsi berita hanya saya dapatkan dari media sosial. Itupun hanya saya baca dan kemudian menggumam 'oh...' tanpa ada pemikiran lebih lanjut. Beda halnya dengan menonton langsung, pasti akan lebih nyantol di pikiran, bisa terngiang-ngiang dan kemudian memberikan efek dengan jangka lebih panjang.

Nah, akhir-akhir ini, saya mulai lagi merutinkan kebiasaan tersebut. Bangun pagi, nyalain TV, mandi, duduk anteng nyimak berita nyampe jam 6.30 trus berangkat ke kantor. Di kantor juga suka curi-curi baca berita apa aja. Pulang kantor, kalo ga malem-malem banget, nonton berita lagi. Tapi, tayangan berita-berita yang disajikan saat ini, hampir di semua stasiun TV, temanya ga jauh-jauh dari kriminalitas, korupsi, dan segala kemungkaran lainnya. Dari dulu emang udah sering ngeliat berita seperti itu, tapi saat ini kok meningkat sangat drastis. Apa hal itu cuma perasaan saya aja, ya? Atau emang kebetulan pas nontonnya ya pas berita seperti itu? Saya nyampe ganti-ganti channel, tapi tetep aja berita yang disajikan, sejenis itu-ituuu lagi. Demo, kasus penodongan, pembunuhan oleh saudara sekandung gara-gara hal sepele, pembuangan bayi tak berdosa, perampokan di angkutan umum. Astaghfirullah.. Barulah saya melek lagi dengan kondisi saat ini.

Media Twitter dan milis juga berperan besar dalam penyebaran topik-topik kriminal hangat yang sedang beredar di masyarakat. Suatu waktu saya membuka link di mana ada video seorang ibu yang memukul anaknya dengan berbagai macam benda dan parahnya direkam oleh seseorang yang hanya berkomentar, bukannya melerai dan menyelamatkan balita tersebut. Berita lainnya, seorang pengendara mobil terkena razia dini hari lalu dituduh sebagai pengguna narkoba. Sang pengemudi berulang kali menegaskan bahwa ia bukan pengguna, tetapi polisi menyodorkan bukti berupa narkoba yang ia akui ditemukan di dalam mobil si pengemudi pada saat penggeledahan. Ternyata kasus serupa emang udah marak terjadi. Ada lagi berita mengenai penjambretan yang kerap kali terjadi di Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, di mana pelakunya merupakan komplotan dan menggunakan beragam modus untuk mengalihkan perhatian sang calon korban lalu mengambil harta benda korban dalam hitungan detik. Berikutnya, kasus penodongan di mana korbannya berjalan di malam hari di satu daerah yang diperkirakan cukup ramai, dimana pelakunya berjumlah lebih dari satu orang, meminta duit kepada korban, pada saat korban menolak, pisau pun ditodongkan sehingga membuat korban tak berdaya dan mengiyakan segala perintah pelakku. Daaan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya yang terjadi berulang kali sehingga benar-benar membuat resah masyarakat. Ya Tuhaann.. Banyak sekali kasus kejahatan yang terjadi di muka bumi ini.

Efek dari berbagai kasus kejahatan yang terjadi pada diri saya, yang paling nyata adalah saat ini saya merasa kehilangan keamanan bepergian seorang diri atau dengan menggunakan kendaraan umum. Padahal, rutinitas saya bekerja 5 hari seminggu (ditambah 2 hari kalo lagi khilaf pengen ngantor) memaksa saya untuk menggunakan kendaraan umum karena ga punya kendaraan pribadi. Dulu, setahun pertama bekerja, anggap saja saya beruntung karena belum tahu dengan berbagai macam modus kejahatan yang merajalela. Saya sering pulang selepas Maghrib, jalan kaki dari kantor di wilayah Sudirman ke daerah Karet, menyusuri jalan Sudirman melalui Halte busway Polda, menyeberang di Halte busway Komdak, memotong jalur ke Plaza Semanggi lanjut melalui Halte busway BenHil dan Karet, terus sampai kosan. Saat itu, mau rame ato sepi, saya tetap merasa aman-aman saja *sekali lagi, anggap saja saya beruntung.. Alhamdulillah..*

Saya juga beberapa kali pulang dari Plaza Semanggi ke Karet melewati jalan di belakang gedung StanChar dan terus ke Karet, beberapa kali sendiri, dan tetap merasa aman-aman saja. Naik Kopaja saat penumpang lagi sepi pun saya ga masalah, daripada nunggu nyampe penuh yang berarti mesti nunggu lebih lama.

Sekarang? Jangankan untuk pulang naik Kopaja, jalan sendiri di jembatan penyeberangan manapun itu bikin jantung saya deg-degan ga karuan. Mata saya awas melihat semua orang di sekitar saya, cenderung suudzon kepada siapa saja yang gerak-geriknya terlihat mencurigakan. Saya kehilangan rasa aman. Dalam pikiran saya, lebih baik tinggal lebih lama di kantor, nyicil kerjaan, dan pulang agak larut dengan taksi saat kondisi jalan udah ga begitu padat (menurut saya saat ini paling aman). Tapi, lagi-lagi, saya baca berita, bahkan armada taksi yang terkenal pun tercoreng dengan pemberitaan pemerkosaan terhadap penumpangnya. Astaghfirullah. Sebegitu mudahnya kah kejahatan itu dilakukan?

Mungkin ga semua orang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sebegitu seriusnya, karena banyak hal yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan. Saya masih melihat beberapa orang dengan santainya mengeluarkan benda-benda berharga di tengah keramaian jalan atau di dalam angkutan umum. Saya juga masih melihat wanita berpakaian minim berjalan melintasi jembatan penyeberangan dan hanya memberi tatapan judes kepada pria-pria yang menggodanya. Semoga saja mereka memang benar-benar telah memikirkan tindakan preventif atau penyelamatan diri terhadap kejahatan yang bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja.

Semoga kebutuhan untuk merasa aman ini segera bisa terpenuhi.

Semoga, cepat atau lambat, keadaan kembali menjadi kondusif.

Andaikan rasa aman bisa dibeli...

Thursday, June 14, 2012

Lesson Learned: Penjambretan di Jl. Sudirman

Kejadian yang dialami rekan sekantor:


From: 
Sent: Wednesday, May 23, 2012 10:07 AM
To:
Subject: Lesson Learn Penjambretan di Jl. Sudirman

Selamat pagi,

Berikut saya informasikan bahwa kemaren sore +/- jam 16.45 sepulang kerja, di trotoar sekitar penyebrangan jalan depan Niaga saya menjadi korban penjambretan HP.

Peristiwa tersebut ternyata sudah sering terjadi dan dialami juga oleh teman2 di Med*o.

Adapun motif operandinya, mereka bekerja secara kelompok. Satu orang bertugas menarik perhatian kita dengan menjatuhkan sesuatu (botol aqua, rokok, dll) atau seperti yang saya alami dengan menarik-narik salah satu kaki saya dengan kuat. Pada saat perhatian kita tertuju pada orang tersebut, yang lain beroperasi mengambil barang2 yang ada di saku baju, saku celana atau tas. Karena jumlah mereka banyak, kita kewalahan mengamankan semua barang barharga kita. Saat kita sadar ada sesuatu yang hilang, mereka sudah tidak berada disitu. Kita juga sulit membedakan mana saja kelompok mereka karena cara berpakaiannya sama dengan para pekerja biasa. Para pedagang yang ada disitu sudah sering menyaksikan hal serupa tapi tidak pernah menolong para korban.

Langkah pertama yang saya ambil, mencari pinjaman HP (kebetulan ada Mas Didik) untuk menghubungi telkomsel agar melakukan pemblokiran nomor HP agar tidak disalahgunakan. Hal ini harus segera dilakukan karena di HP ada daftar contact keluarga & teman2 kita, catatan sms, whatsapp, e-mail, FB dll yang bisa dengan mudah di access & dipelajari mereka utk melakukan penipuan atau kejahatan yang lain. Hal tersebut sangat memungkinkan karena proses pemblokiran membutuhkan waktu hingga 1X24 jam.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut antara lain (hal ini yg tidak saya lakukan & membuat khawatir karena HP masih terus aktif hingga malam):

- Selalu aktifkan passcode gadget kita, jadi jika hilang tidak ada orang yang bisa membukanya.
- Biasakan melakukan sign off atau log out terhadap aplikasi pribadi kita (e-mail, FB, dll).
- Biasakan menyimpan list contact phone di lebih dari 1 tempat.

Demikian yang dapat saya sampaikan, agar kita selalu waspada & berhati-hati.

Salam,
-wahyu-

***

Kejadian yang dialami rekan sekantor:

From:
Sent: Thursday, June 14, 2012 1:04 PM
To:
Subject: RE: Lesson Learn Penjambretan di Jl. Sudirman

Informasi ini valid, karena saya pernah mengalaminya. Namun syukurlah tidak menjadi korban.

Kejadiannnya sama, kelompok kriminal tersebut beraksi di kaki jembatan penyebrangan di sisi fX. Saya yakin pedagang-pedagang kaki lima di sana sebenernya sudah tau, cuma terlalu takut untuk berbuat apa-apa.

MO-nya persis dengan Mirza. Saya nyebrang dari Niaga, turun di sisi fX. Lalu ketika saya berjalan, 1 orang kriminal memegang/ mengelus betis saya dari belakang. Di saat yang sama, 1 orang kriminal dari depan menghampiri saya dengan berlagak mau papasan namun menghalangi kita. Dengan demikian korban menjadi mati langkah dan terjepit. Saya rasa di sini lah momen dimana Mirza kemudian distracted dan kecopetan.

Saya ingat beberapa waktu yang lalu pekerja kita juga kecopetan, di situ. Lagi-lagi barang yang diambil adalah HP di kantong baju. Tapi saya cukup yakin itu tidak satu-satunya lokasi sasaran kelompok kriminal itu, karena saat itu saya tidak membawa apa pun di kantong baju. Namun memang saya membawa pouch HP di pinggang. Mungkin itu yang jadi sasaran mereka.

Jika membaca email Mirza, saya menebak, perbedaannya dengan saya adalah waktu saya dicoba untuk di disctract oleh kedua orang tersebut, reflex saya cukup cepat untuk segera berkelit. Begitu saya merasa betis saya dipegang; saya segera menghentak kaki saya. Dan ketika kriminal kedua menghalangi saya dari depan, saya juga segera reflex untuk berkelit ke samping memutari dia. Jadi tidak ada momen, dimana langkah saya terhenti. Namun tentunya ini tidak bisa dijadikan prosedur standar ya.

Menurut saya di tempat yang rawan dan kita perlu report ke security untuk menangkap pelaku tersebut. Jika hanya sekedar menugaskan security, kurang efektif. Tau sendiri kan watak orang sini, kalo gak ada polisi, lampu merah diterobos juga.

Salam,
-Dinno-

***

Begitulah kronologi penjambretan handphone Kejadiannya berlangsung sangat cepat, hanya lengah sedikit saja, para kriminal beraksi dengan rapi dan sangat lihai.

Satu hal yang selalu menjadi tanda tanya buat saya, pada saat kejadian ada beberapa orang yang menyaksikan dan hanya memberi tatapan 'Ah, pasti kawanan pencopet nih. Ah, udah biasa'. Saya ingat lagi kejadian yang saya alami hampir setahun yang lalu (baca di sini). Saat itu saya dan adik udah lari ketakutan dan jelas-jelas di belakang saya ada seorang pria yang juga berlari mengikuti kami. Kami banyak melewati orang-orang tetapi tidak ada satupun yang memberikan perhatian kepada kejadian janggal itu. Menurut pendapat beberapa orang, wajar aja orang-orang itu berlaku demikian, daripada kenapa-kenapa mending ga usah ikut-ikutan, deh. Apa semua orang udah berpikir hal yang sama, ya? Entahlah.

Untuk tindakan pencegahan, lebih baik dimulai dari diri sendiri, agar lebih meningkatkan kewaspadaan diri masing-masing. Misal, tidak mengeluarkan atau menunjukkan benda-benda berharga di depan umum. Jangan linglung kalo lagi jalan sendiri. Kalo menemukan kejadian janggal, tetap berfikir jernih, jangan sampai fokus kita terganggu apalagi sampai hilang. Ga cuma melindungi harta tapi yang paling penting, melindungi diri kita sendiri. Semoga saja dengan kewaspadaan kita yang semakin meningkat akan semakin mengurangi tindak kejahatan seperti ini.

Amiiinnn...

Tuesday, June 5, 2012

Bahagia itu sederhana...


Boss: Can come again Yusnita please for one minute
Me: okay..

***

Boss: I can write it to you, but i need to tell you directly.
Me: Yes, please..
Boss: You made a great progress, you did your interpretation carefully. All you have to do now is just finish them in time. That's all i want to say. Thank you for coming.
Me: ...
Boss: Why do you look so confused? Should I repeat it again?
Me: *nodding* *still shocked*
Boss: ...bla bla bla...

***

Saya ga butuh pujian seperti ini setiap saat untuk setiap pekerjaan yang saya lakukan. Saya hanya butuh untuk sesekali disadarkan bahwa hasil kerja saya bisa berguna dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Beberapa kali saya merasa apa yang saya lakukan seperti layaknya hamster yang berlarian di roda yang berputar, tanpa sadar bahwa terkadang memang seperti itulah workflow yang harus dijalani.

Bahagia itu sederhana.