Beberapa waktu belakangan ini topik soal #moveon lagi gencar jadi bahan diskusi di antara saya dan rekan-rekan. Menurut saya pribadi, yang namanya #moveon itu adalah proses yang (pasti) butuh waktu, entah sebentar atau lama, tergantung niat, usaha, dan kondisi di sekitar. Ga bisa langsung ngefek, saat itu bilang: "Yak, gw mau #moveon", dan saat itu pula langsung bisa #moveon. Mau makan aja mesti dikunyah dulu, ga bisa langsung ditelan, kecuali lo siap untuk keselek #analogiburuk.
Niat ada, tapi usaha ga ada? Ga usah sok-sokan mau #moveon kalo gitu. Lain cerita kalo niat ada, usaha juga udah terlihat, tapi kondisi yang ga begitu mendukung. Nah, kalo soal ini balik lagi ke subjeknya, tergantung seberapa besar niat dan usahanya.
Saya coba jabarkan beberapa kondisi yang biasanya sering terjadi dalam proses #moveon (dan mungkin pernah saya alami :p):
1. Niat ada tapi usaha ga ada.
Udah tau suasana hati galau, tapi tetep aja ngeyel dengerin lagu-lagu suicidal. Ngerasa bahwa dirinya yang paling menderita di dunia, ga ada permasalahan lain yang lebih berat dari permasalahannya. Kalo udah gini: PROBLEM MANEH itu, sih. Percuma curhat sana-sini, ga bakal meringankan beban penderitaan. Yang ada malah makin tersebar aja berita kesedihan lo, apalagi kalo cerita pada orang yang ga tepat (been there, done that: bukannya dapet simpati, malah ditusuk dari belakang).
2. Niat ada, usaha ada, tapi kondisi ga mendukung.Misalnya, temen-temen masih aja suka ngegodain, ngeledekin, kalo kebetulan kita berada dalam satu circumstance dengan sang mantan. Nah, kalo gini sih, kuat-kuatin iman dan tekad lah. Makin besar godaan, makin besar rewardnya #ganyambung. Seberapa gigih lo bisa mempertahankan niat dan tekad lo buat #moveon, ga ada usaha yang sia-sia.
Yah, masih banyak sih perpaduan kondisi-kondisi lainnya, tapi pengalaman saya masi sangat dangkal jadi belum bisa menganalisa lebih jauh. Tapi ada hal penting yang sering luput dari perhatian sang pelaku #moveon. Dalam proses #moveon ini, alangkah sangat baik kalo kita menempatkan diri kita dan mantan bukan sebagai musuh melainkan sebagai dua orang yang (memang) tidak ditakdirkan untuk bersama, dan percaya bahwa akan ada orang lain yang lebih baik untuk kita ataupun sang mantan. Susah sih emang, apalagi kalo proses berpisahnya pake acara cakar-cakaran, jambak-jambakan, tembak-tembakan, you name it. Hey, i'm not telling you my story, ya. Ini hanya sekedar mencoba mencari dan menggambarkan worst case orang yang putusnya ga baik-baik... and it's not me, hehe..
Banyak kalimat-kalimat inspiratif yang memberikan pencerahan buat saya. Contohnya dari @TweetMoveOn (follow deh di twitter, hehe..):
"When someone walks out of your life, let them. They are just making more room for someone better to walk in"
Ah, cudn't agree more :)Kalo saya pribadi ditanya, apa yang bisa membuat saya #moveon lebih cepat? Jawabnya: dengan menemukan (atau ditemukan oleh) 'dia' yang lain, yang mampu mengembalikan senyum saya, bahkan tetap menempatkan senyum itu di bibir saya walau ga lagi bareng si 'dia'.
So, apakah saya sudah bisa #moveon? Hell, yeah!!! #loh.
Selamat hari Senin, y'all. Mari kita pulang.