Sudah berjam-jam ia duduk di kafe itu. Segelas ice-blend cappuccino, dua cangkir espresso beverages, dan dua botol air mineral telah ia habiskan. Segerombolan eksekutif berdasi yang sepertinya sedang meeting afterhours yang duduk di sebelahnya di awal tadi telah berganti menjadi seorang anak muda dengan banyak gadget terkini, kemudian menjadi segerombolan pelajar SMU yang sangat berisik dan terkesan tak punya beban hidup, dan kemudian beralih lagi menjadi sepasang muda-mudi yang dimabuk asmara. Sesekali sang wanita bersandar di bahu sang pria, dan sang pria membelai rambut sang wanita. Ia hanya tersenyum simpul melihat tingkah polah pemuda-pemudi itu.
Jarum detik di jamnya telah berdetak 25200 kali. Sesekali ia menghela nafas berat, seperti tengah memendam sesuatu yang menyesakkan hatinya. Sesekali airmata meluncur membasahi pipinya, tapi segera ia seka dan kembali berwajah datar. Sesekali juga ia tertawa spontan sambil menggelengkan kepala, seperti tengah memikirkan sesuatu yang lucu tetapi tidak masuk di akal.
Ia tidak sedang menunggu siapa-siapa. Ia tidak sedang menyelesaikan pekerjaannya. Ia hanya mencoba merasakan perputaran waktu, memandangi dunia kecil di sekelilingnya yang tetap berjalan seiring dengan waktu. Seperti teman sebelah bangkunya yang silih berganti, waitress pun telah berganti shift, lampu ruangan telah dinyalakan, matahari yang tadinya berada di atas kepala telah hilang meninggalkan serabut jingga di ufuk barat dan berganti dengan bintang yang bertebaran mencari tempat untuk menerangi malam. Adzan telah berkumandang 3 kali sejak ia berada di ruangan itu. Sekali waktu hujan gerimis sempat beramai-ramai berjatuhan membasahi bumi. Mobil dan motor di parkiran datang dan pergi, pejalan kaki berlalu lalang. Waktu benar-benar terus berputar dan dunia tetap berjalan. Ia hanya terduduk, diam di tempatnya, memainkan gelas, memilin-milin jari, memandangi semuanya bergerak dan berganti setiap waktunya, menjadi penonton atas film yang bercerita tentang dunia.
Sesekali ia menggoreskan penanya di atas catatan yang selalu ia bawa kemanapun. Apa yang ia pikirkan, apa yang ia rasakan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan yang baginya adalah salah satu cara untuk berkaca, apa yang sudah terjadi sebelumnya dan apa yang ia bisa petik dari beragam kejadian itu.
Ia kembali melihat jamnya untuk kesekian kali. Ternyata sudah pukul 10 malam. Meja dan kursi sebagian besar telah dibereskan. Sebentar lagi tanda OPEN akan diganti menjadi CLOSE. Ia membereskan barang-barangnya kemudian beranjak keluar dari kafe yang telah sunyi senyap itu.
Beberapa langkah ketika pintu telah ia lewati, sejenak ia tersentak, ternyata kehidupan yang semula ia kira telah berakhir di dalam sana, masih terus berjalan di luar. Jalanan penuh dengan kendaraan dan manusia yang berlalu lalang, tidak statis. Dinamis.
Sesaat, betapa ia telah mengira dunianya berhenti berputar pada satu titik, tetapi ternyata di luar yang ia ketahui, hidup terus berjalan, waktu terus berputar, tidak statis. Dinamis. Betapa selama beberapa waktu sebelumnya ia terlalu angkuh untuk hanya duduk diam dalam kafe yang nyaman itu, dalam zona nyamannya, merasa telah memandang dunia luas. Tanpa melihat lebih jauh, menggunakan mata dan hati, bagaimana ternyata yang ia liat hanyalah satu puzzle kehidupan dan masih banyak lagi puzzle lainnya yang harus ia temukan dan susun untuk menemukan gambaran lengkap mengenai kehidupan yang Tuhan inginkan untuk ia jalani dengan sebaik-baiknya.
Beragam pikiran menyerbu masuk ke dalam otak kerdilnya. Ia sinkronkan dengan hati, susah, tetapi ia coba lagi dan lagi. Di sana, dalam satu titik di bagian otaknya, ia temukan kesepakatan antara otak dengan hati. Kemudian ia tersenyum, ternyata ia masih punya sedikit amunisi, kesinkronan hati dan otak, sepakat bahwa hidup harus dijalani dengan memberikan segalanya yang terbaik yang bisa ia lakukan.
Begitu banyak cerita kehidupan yang dipaparkan dunia, baik itu kenyamanan maupun mengenai kerasnya hidup. Mereka yang bijak tentunya akan menanggapi kedua hal tersebut dengan bersyukur atas kenyamanan hidup yang ia peroleh, pun bersyukur akan cobaan yang mereka alami, karena apabila mereka berhasil melaluinya dengan baik, akan menjadikan diri mereka semakin kuat.
Dengan langkah lebih ringan dibanding sebelumnya, ia melangkah pulang, menikmati dan meresapi pemandangan sekaligus tambahan pelajaran hidup akan realitas dunia.
Jarum detik di jamnya telah berdetak 25200 kali. Sesekali ia menghela nafas berat, seperti tengah memendam sesuatu yang menyesakkan hatinya. Sesekali airmata meluncur membasahi pipinya, tapi segera ia seka dan kembali berwajah datar. Sesekali juga ia tertawa spontan sambil menggelengkan kepala, seperti tengah memikirkan sesuatu yang lucu tetapi tidak masuk di akal.
Ia tidak sedang menunggu siapa-siapa. Ia tidak sedang menyelesaikan pekerjaannya. Ia hanya mencoba merasakan perputaran waktu, memandangi dunia kecil di sekelilingnya yang tetap berjalan seiring dengan waktu. Seperti teman sebelah bangkunya yang silih berganti, waitress pun telah berganti shift, lampu ruangan telah dinyalakan, matahari yang tadinya berada di atas kepala telah hilang meninggalkan serabut jingga di ufuk barat dan berganti dengan bintang yang bertebaran mencari tempat untuk menerangi malam. Adzan telah berkumandang 3 kali sejak ia berada di ruangan itu. Sekali waktu hujan gerimis sempat beramai-ramai berjatuhan membasahi bumi. Mobil dan motor di parkiran datang dan pergi, pejalan kaki berlalu lalang. Waktu benar-benar terus berputar dan dunia tetap berjalan. Ia hanya terduduk, diam di tempatnya, memainkan gelas, memilin-milin jari, memandangi semuanya bergerak dan berganti setiap waktunya, menjadi penonton atas film yang bercerita tentang dunia.
Sesekali ia menggoreskan penanya di atas catatan yang selalu ia bawa kemanapun. Apa yang ia pikirkan, apa yang ia rasakan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan yang baginya adalah salah satu cara untuk berkaca, apa yang sudah terjadi sebelumnya dan apa yang ia bisa petik dari beragam kejadian itu.
Ia kembali melihat jamnya untuk kesekian kali. Ternyata sudah pukul 10 malam. Meja dan kursi sebagian besar telah dibereskan. Sebentar lagi tanda OPEN akan diganti menjadi CLOSE. Ia membereskan barang-barangnya kemudian beranjak keluar dari kafe yang telah sunyi senyap itu.
Beberapa langkah ketika pintu telah ia lewati, sejenak ia tersentak, ternyata kehidupan yang semula ia kira telah berakhir di dalam sana, masih terus berjalan di luar. Jalanan penuh dengan kendaraan dan manusia yang berlalu lalang, tidak statis. Dinamis.
Sesaat, betapa ia telah mengira dunianya berhenti berputar pada satu titik, tetapi ternyata di luar yang ia ketahui, hidup terus berjalan, waktu terus berputar, tidak statis. Dinamis. Betapa selama beberapa waktu sebelumnya ia terlalu angkuh untuk hanya duduk diam dalam kafe yang nyaman itu, dalam zona nyamannya, merasa telah memandang dunia luas. Tanpa melihat lebih jauh, menggunakan mata dan hati, bagaimana ternyata yang ia liat hanyalah satu puzzle kehidupan dan masih banyak lagi puzzle lainnya yang harus ia temukan dan susun untuk menemukan gambaran lengkap mengenai kehidupan yang Tuhan inginkan untuk ia jalani dengan sebaik-baiknya.
Beragam pikiran menyerbu masuk ke dalam otak kerdilnya. Ia sinkronkan dengan hati, susah, tetapi ia coba lagi dan lagi. Di sana, dalam satu titik di bagian otaknya, ia temukan kesepakatan antara otak dengan hati. Kemudian ia tersenyum, ternyata ia masih punya sedikit amunisi, kesinkronan hati dan otak, sepakat bahwa hidup harus dijalani dengan memberikan segalanya yang terbaik yang bisa ia lakukan.
Begitu banyak cerita kehidupan yang dipaparkan dunia, baik itu kenyamanan maupun mengenai kerasnya hidup. Mereka yang bijak tentunya akan menanggapi kedua hal tersebut dengan bersyukur atas kenyamanan hidup yang ia peroleh, pun bersyukur akan cobaan yang mereka alami, karena apabila mereka berhasil melaluinya dengan baik, akan menjadikan diri mereka semakin kuat.
Dengan langkah lebih ringan dibanding sebelumnya, ia melangkah pulang, menikmati dan meresapi pemandangan sekaligus tambahan pelajaran hidup akan realitas dunia.
2 comments:
You go girl!!!!!
:) :)
you, too, buddy
tsaahh, buddy haha..
doakan daku segera menyusulmu fufufu..
Post a Comment